Senin, 21 Agustus 2017

Jangan Bodoh dan Ceroboh (Meskipun Hanya di Dunia Tak Nyata) !!

Katanya media yang sengaja dibuat untuk memperluas jaringan pertemanan. Tapi justru ada ketimpangan dari segala maksud baik diciptanya media sosial. Banyak kita temui, semakin meluasnya kebiasaan hidup pamer, kebiasaan mengomentari dan men-judge kehidupan orang lain, hingga pada kebiasaan menebar kebencian antar pengguna media sosial. Walaupun Jika memandang adil, banyak juga kita temui sisi positif dari adanya media sosial ini. Seperti sarana hiburan berbagi cerita lucu, cerita menginspirasi, sarana para psodusen barang-jasa mendekatkan diri dengan konsumennya, bahkan hingga bertemu dengan jodoh sekalipun.

Namun, banyak isu yang kini mulai membuka mata kita tentang betapa tidak sehatnya para netizen menggunakan fasilitas media sosial saat ini. Jadi teringat sebuah film Indie Korea (maklum, aku penyuka film korea ^^), judulnya SocialPhobia. Berkisah tentang seorang gadis yang sangat amat tertutup dengan dunia sosial di kehidupan nyata nya, namun menjadi sosok yang amat vokal mengomentari kehidupan sosial orang lain di dunia maya. Hingga suatu ketika dia bunuh diri setelah beberapa netizen mendesaknya untuk meminta maaf atas ujaran kebencian yang dia lontarkan melalui akun twitternya, diduga karena rasa takut dan tertekan atas desakan dan ujaran kebencian yang balik menimpa dirinya di dunia maya.

Betapa, ternyata psikologis manusia tak pernah berbeda antara di dunia nyata dan dunia maya. Maka tak sepatutnya kita sebagai, manusia yang dikaruniai rasa dan karsa, dengan brutal menghakimi segala kekeliruan yang terjadi di dunia maya. 

Selasa, 01 Agustus 2017

Milik Siapakah 'Toleransi' itu?

Melihat film yg dibuat oleh bapak 'galon' yg telah diunggah oleh akun resmi Humas POLRI (24/7/2017) membuat muncul stigma (lagi-lagi) umat islam yg mayoritas digambarkan seolah-olah ' saklek dan begitu strict meskipun dalam hal  bersosialisasi'.

Awalnya saya tidak berminat menonton film pendek tersebut, karena sudah banyak yang berkomentar negatif tentang cara pandang pembuat film tersebut terhadap umat Islam. Pikir saya, dengan saya ikut menonton, makin tenar lah film pendek itu. Tapi karena penasaran, akhirnya saya cari juga film itu di youtube. Selesai menonton, saya mulai merenung, adakah kejadian nyata seperti itu? Ataukah itu semua hanya hasil dramatisir kekhawatiran sang pembuat film?

Ini sebenarnya bukan fenomena pertama kali diangkatnya isu terkait toleransi golongan mayoritas terhadap golongan minoritas, sebelumnya jg sudah ada yg melemparkan isu ini. Sepertinya isu ini memang sangat 'hot' untuk kembali diulang-ulang. Mungkin saja, taktik ini digunakan untuk mengubah cara pandang tentang 'toleransi' yang dianggap tidak menguntungkan untuk beberapa pihak yg 'berwenang', agar opini publik bisa perlahan-lahan bergeser sesuai dg kemauan pihak yg melempar isu tersebut.

Sabtu, 22 Juli 2017

Kamu Mau Ngapain? Kenapa?

Bekerja..

Bagi seorang wanita, bekerja adalah pilihan. Bagi para pria lah bekerja menjadi sebuah kewajiban, bekerja dalam konteks kewajiban untuk menafkahkan keluarganya.

Pilihan wanita untuk bekerja setelah atau sebelum berumah tangga pastinya selalu akan dihadapkan dengan berbagai konsekuensi. Pengorbanan tenaga yang lebih, pengerahan pikiran untuk perihal domestik keluarga dibarengi dengan perihal publik di ranah kantor.

Menjadi jurnalis adalah salah satu hal yang aku ingin geluti. Mengapa? Simple saja, karena pekerjaan itu berkaitan dengan menulis. Aku suka menulis. Rasa nya aku cukup mahir dalam merangkai kata menjadi tulisan. Tapi sebagai seorang wanita muslimah, harusnya pertimbangan bekerja atau tidak, ataukah perihal bekerja sebagai apa nantinya tak hanya dilihat dari sudut pandang pribadi saja. Muslim yang Kaafah akan berusaha menempatkan kehendaknya agar sejalan dengan hal-hal yang diridhoi oleh Rabb-nya.

Aku kini sedang berkaca. Merefleksikan pilihanku. Apakah sudah benar? Sudah tepat? Ataukah hanya sekedar atas nama gengsi?

Menjadi jurnalis sebenarnya juga punya akses untuk menyampaikan kebenaran, seperti apa yang selalu da’wah ajarkan kepada para penyerunya.

Oke, ayo kita re-arrange alasan mengapa ingin menjadi jurnalis. Harusnya Allah menempati urutan paling atas dalam persembahan atas niatan segala amal. Luruskan niatmu bekerja adalah mencari peluang beramal yang lebih sesuai dengan kemampuanmu, agar Allah semakin berkenan merahmatimu. Setelah itu baru boleh kau tempatkan keluargamu sebagai motivasi setelahnya, motivasi untuk membahagiakan keluarga dengan hasil jerih payahmu.

Maka mari ingat-ingat batas itu. Sesulit apapun rintangan yang kau hadapi selagi bekerja, ingatlah alasan dan motivasi itu. Mohonlah kekuatan kepada Yang Maha Kuat, Allah Ta’ala. Mohon agar kau dimampukan, mohon agar kau diistiqomahkan dalam jalan hidayah Islam, dalam segala bentuk ketaatan. Aamiin.


*Baru saja daftar jurnalis di sebuah media massa. Wallahua’lam apakah akan diterima atau tidak. Namun harus selalu siap dengan berbagai ending yang mungkin akan terjadi nanti*

Kesungguhan membaca Al-qur’an..


Untuk siapa sebenarnya membaca Quran itu bermanfaat? Untuk Allah kah? Tidak mungkin! Allah takkan berkurang kuasaNya meskipun kita tidak rajin membaca QalamNya. Tentu saja, segala manfaat membaca quran akan kembali kepada diri kita sebagai para pembaca dan penghafalnya.

Meskipun malaaaas mendera saat akan membuka halaman demi halaman quran, semua kebaikan membacanya benar-benar hanya akan kembali kepada diri si pembacanya (Pembaca Quran).

Pernah malas baca Quran? Aku pernah. Apa trus hanya diam saat merasa malas? Orang yang akalnya bekerja dan imannya berfungsi dengan baik, akan begitu merasa gelisah dan merasa #Mcrgknskl kepada dirinya yang mulai malas itu. Ia akan berusaha mencari obat agar rasa malasnya bisa berkurang sedikit demi sedikit. Ia akan berusaha berkomitmen dengan obat yang telah dia racik sebelumnya.

Dia evauasi kinerja obat itu secara berkala, ia perhatikan betul apakah masih terlihat penurunan kuantitas membaca quran pada dirinya. Jika masih, ia akan mencari banyak cara agar dirinya tak merasa terbebani membaca quran tersebut.

Maka diapun berusaha membagi lembar-lembar bacaan quran targetan sehari untuk dicicil dibacanya seusai sholat fardhu. Jika ada sholat yang terlewat tak disertai dengan tilawah sesuai target yang cicil, ia akan berusaha membayarnya lebih di waktu sholat berikutnya. Begituu seterusnya.

Jika ia masih terbebani, ia akan mencoba mencari cara terbaik meningkakan semangat membaca quran nya lagi. Salah satunya bisa dengan mengubah posisi membaca qurannya sebagai kebutuhan. Agar Allah mau selalu berkenan melindungi hamba yang lemah ini. Membaca quran sebagai wirid dzikir kita kepada Allah. Jangan berani keluar dari rumah sebelum membaca minimal 2 lembar quran. Berharap karena telah tilawah quran, Allah memberikan perlindungan untuk kita hambaNya dalam melakukan berbagai aktivitas di hari itu.

Oiya, jangan lupa untuk selalu mencari sahabat-sabahat yang selalu membuatmu malu dengan segala amalan tilawahmu. Bukan untuk diratapi, melainkan untuk menjadi motivasi. Agar kelak amalan mu bisa sejajar dengan amalan-amalan tilawah terbaik mereka. Semoga kau istiqomah selalu bersahabat dengan mereka, jangan malah minder ya.


*Nasehat yang sesungguhnya disampaikan untuk diri ini*

Bijak-bijak ya anak muda..

Teknologi itu banyak bikin dilemaaa~~

Kenapa?

Ya karena makin banyak nilai yang bisa diadopsi jadi bagian baru masing-masing diri kita ini. Makin banyak pilihan beraktivitas mengisi waktu senggang, baik itu dalam konteks pemenuhan kebutuhan pribadi (red; malas-malasan, main game, nonton film tak berkesudahan. Wkwkwk. Lagi ngomongin diri sendiri), ataupun dalam konteks yang bisa memperluas kebermanfaatan bagi lingkungan sekitar (red; Info aksi sosial, info lomba-lomba artikel ilmiah, join kegiatan sosial sebuah organisasi kepemudaan, dst).

Ya bagus sih kalo dilema nya ada di antara kedua pilihan seperti itu, setidaknya masih ada pikiran untuk mau memanfaatkan teknologi untuk kepentingan bersama, kepentingan masyarakat.
Tapi ya, kalo dilema hanya di salah satu sisi pandang negatif aja gimana?

Waktu senggang hanya dihabiskan untuk nonton film, searching lagu-lagu idol kesukaan, atau bermalas-malasan di kamar sendirian tanpa tergerak untuk lebih banyak bersosalisasi secara fisik. Kalo mau rada kejam, ya seperti orang ‘autis terhadap gadget’.

Nganggur dikit, buka HP. Nganggur dikit, buka youtube, cek IG, buka facebook. Cuma buat ngecek, apa update-an kita makin banyak like nya atau channel favorit ga mutu yang kita subscribe udah upload video baru atau belum. Duh anak muda, hidup kok gampang ditebak amat yak?

Kita itu tuh harus udah mulai sadar, kalo zaman kita ini emang udah biasa banget yang namanya perkembangan canggih teknologi. Jangan norak-norak amat lah liat segudang perkembangan teknologi terutama yang berbasis internet itu.

Bijak deh jadi anak muda yang hidup di zaman millenial. Kita tetap harus kece mengoperasikan segala macem gadget terbaru, tanpa menghilangkan nilai-nilai sosial yang seharusnya kita jaga, adab kita, moral kita, idealisme kita, kepedualian kita terhadap lingkungan sekitar kita.

Janganlah sia-sia-in waktu senggang mu Cuma sekedar memenuhi refreshing diri terus menerus, coba tebar kebaikan untuk sekitar mu. Semoga ke depan diriku dan dirimu bisa dilema dalam hal-hal kebaikan yaak.


*Yuk jauhin diri dari interaksi dengan teknologi, especially gadget, yang berlebihan*

Minggu, 07 Mei 2017

Allah hanya sedang menutup aibku

"Mba gak pernah marah ya?"
"Pernah ga sih sebel sama orang?"
"Kok kayanya baik terus sih?"

Celetukan salah seorang adek di kosan kepadaku..
Aku pun juga manusia, yang Allah jadikan punya akal dan rasa. Aku pun juga bisa, marah dan tiba-tiba menangis atas apa yang aku tak kuasa mengubahnya. Biasa. Kecewa bahkan hingga marah itu biasa. Namun aku hanya mulai lebih terlatih, untuk mengelola ekspresi marahku bukan dalam bentuk cacian atau kata-kata pedas. Aku mengalihkannya dengan banyak berisighfar dan menahan diri dari luapan emosi yang seringkali disusul penyesalan diri. 

Aku pernah marah sampai benar-benar merasa super duper jengkel. Bahkan tak tahan saat melihat wajah orang tersebut. Pernah. Dan masa-masa itu telah lewat. Aku banyak mengambil hikmah dari kejadian dipertemukan dengan tipe orang seperti itu. Aku marah. Dan sepertinya, Allah lah yang menutup aibku saat masa-masa aku terdahulu.

Saat dihampiri pernyataan itu, aku hanya terpikirkan doanya Sahabat Abu Bakr Ash Shiddiq saat dipuji oleh sahabat-sahabat yang lain..

اللَّهُمَّ أَنْتَ أَعْلَمُ مِنِّى بِنَفْسِى وَأَنَا أَعْلَمُ بِنَفْسِى مِنْهُمْ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ وَاغْفِرْ لِى مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ وَلاَ تُؤَاخِذْنِى بِمَا يَقُوْلُوْنَ

Allahumma anta a’lamu minni bi nafsiy, wa anaa a’lamu bi nafsii minhum. Allahummaj ‘alniy khoirom mimmaa yazhunnuun, wagh-firliy maa laa ya’lamuun, wa laa tu-akhidzniy bimaa yaquuluun.

 
[Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku. Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka] ( Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 4: 228, no.4876. Lihat Jaami’ul Ahadits, Jalaluddin As Suyuthi, 25: 145, Asy Syamilah)


 Aku bersyukur sejauh ini, Allah bantu aku untuk menutupi celah aib ku sembari diri ini terus berusaha memperbaiki segala kekurangan diri.. Alhamdulillah hi rabbil 'alamiin.




Aku sedang belajar mengeja kata kerja 'Sempurna'

Sempurna.. jika ia adalah kata sifat, tak ada yang berhak untuk menyandangnya kecuali Rabb Semesta Alam, Allah SWT..
Namun Sempurna.. jika ia adalah kata kerja, maka siapapun yang mungkin merasa bukan siapa-siapa mampu mengupayakannya..

Adalah aku, seorang hamba yang sedang belajar mengeja..
Kata kerja "Sempurna" dalam beribadah..
Kata kerja "Sempurna" dalam beramal..
Kata kerja "Sempurna" dalam menuju keridhoan-Mu..

Aku- Sedang tersendat sendat mengeja.. bagaimana membaca dengan benar 'Sempurna' sebagai kata kerja..

Allah mampukan aku dan mereka yang juga sedang berusaha, menggandakan upaya untuk tampak "Sempurna"di hadapan Engkau, Yaa Rabbana..

SORI - Voice from The Heart

SORI- Voice from The Heart
Film yang menceritakan tentang seorang ayah yang sangat mencintai putri semata wayangnya. Cinta dan perhatian ia curahkan dari sang buah hati kecil hingga beranjak remaja. Namun sayangnya, segala bentuk perhatian sang Ayah ditangkap dengan makna 'pengekangan' oleh remaja puteri kesayangannya. Puncaknya ketika sang anak mengatakan bahwa ia menceritakan bahwa yang disukainya adalah bernyanyi dan bermusik, ayahnya marah dan melarangnya. Sang gadis pun marah dan memutuskan pergi dari rumah (minggat). 

Kemudian, muncul berita di televisi bahwa telah terjadi kecelakaan kereta listrik di salah satu stasiun. Yang membuat seisi rumah panik adalah diberitakannya nama sang anak menjadi salah satu korban.

Kecelakaan tersebut mengakibatkan semua penumpangnya meninggal dunia di tempat. Namun jasad sang putri belum ditemukan oleh pihak polisi. Sehingga Ayahnya beranggapan sang anak masih hidup, dan terus menerus menyusuri jejak kepergian puterinya.

Hingga ketika dalam pencarian tersebut, ia menemukan sebuah robot yang bisa menyebutkan nomor telepon dan lokasi dari suara yang didengarnya. Harapan menemukan anaknya pun kembali tumbuh, ia berkeliling bersama sang robot untuk mencari dimana keberadaan anaknya.

Namun pencarian itu tak mudah, sang robot ternyata merupakan bagian dari satelit yang hilang milik intelegen korea yang diciptakan untuk keperluan militer. Hilangnya sang robot tersebut membuat tim Intelegen Korea juga turun dalam pencariannya. Sang ayah pun juga ikut menjadi buronan karena dicurigai sebagai pencuri yang membawa kabur  alat canggih tersebut. 

Akankah sang ayah mampu menemukan puterinya sebelum ia dan robotnya tertangkap? Tonton sendiri akhir ceritanya.. ^^

Film keluarga selalu menariiik! Selamat menonton!

Ode to My Father

Ode to My Father
Film ini terispirasi dari sebuah kisah nyata yang mengharukan..

Diawali dari kisah keluarga yang terpisah saat menyelamatkan diri pada masa perang Korea. Sebuah keluarga dengan 4 anak sedang berusaha menyelamatkan diri dengan menaiki kapal milik angkatan laut Amerika Serikat. Karena tak memungkinkan naik ke atas kapal dengan menggendong 3 anak, sang sulung diamanahkan membawa adiknya di punggung sembari memanjat. Namun seseorang ternyata menarik kain gendongan sang adik hingga menyebabkannya jatuh dan terpisah dari si sulung.

Kepanikan dan ketakutan hadir di raut wajah si sulung, ia menangis dan bersikeras untuk turun mencari adiknya yang terpisah. Sang ayah mencegahnya dan merelakan dirinya untuk kembali turun kapal dan mencari sang anak yang terjatuh. Sebelum akhirnya turun mencari, sang ayah berpesan kepada si Sulung, untuk menjaga ibu dan adiknya menggantikan peran sang ayah jikalau dirinya tak kembali.

Namun ternyata kapal besar yang akan menyelamatkan mereka perlahan-lahan berjalan menjauhi sang ayah, membuat keluarga tersebut akhirnya terpisah dari sang adik dan juga sang ayah.

Bertahun-tahun anak lelaki sulung tersebut menjalani hidupnya sebagai kepala keluarga, dan melakukan semua tugas itu sesuai wasiat ayahnya. Begitu banyak kesulitan yang dihadapi si sulung sedari kecil menggantikan peran ayahnya, termasuk saat mencari nafkah.

Ia terus menerus mencari uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga nya. Membiayai kuliah dan bahkan menjadi wali yang mengantarkan pernikahan adiknya. Si sulung begitu ikhlas, mengubur dalam cita-citanya untuk berkuliah demi membiayai keluarganya.

Ia berulang kali berganti pekerjaan, hingga akhirnya menemukan lowongan kerja tetap di Jerman sebagai buruh galian pertambangan. Di negeri orang pun ia pun tak hidup bersantai, tetap bekerja keras hingga mengalami kecelakaan parah yang hampir membuatnya kehilangan nyawa. Ibunya tahu betapa keras perjuangan hidup si sulung, hingga akhirnya ia meminta putranya itu untuk kembali ke tanah Korea.

Sepanjang ia terpisah dari ayah dan adiknya, ia masih terus mencari keberadaan keduanya. Upaya terus dilakukannya, salah satu nya melalui acara televisi nasional yang memfasilitasi menemukan keluarga yang hilang semasa berlangsungnya perang di Korea.

Bagaimanakah akhir dari pencarian si Sulung menemukan ayah dan adik tersayangnya? 

Film yang sangat direkomendasikan bagi semua anak sulung~ Selamat menonton!!  

Sabtu, 06 Mei 2017

Pacemaker

Pacemaker

Mana yang kamu pilih, melakukan sesuatu yang kamu cintai atau sesuatu yang kamu bisa?

Cerita tentang seorang pria sulung yang sangat mencintai marathon dikarenakan adiknya. Satu-satunya hal yang dapat dengan sangat baik Ia lakukan hanyalah berlari. Suatu ketika ia yang seorang atlit mengalami kecelakaan pada kaki kanannya, sehingga membuatnya tak lagi bisa berlari seperti atlit marathon pada umumnya.Hubungan dengan adiknya pun mulai renggang setelah kecelakaan itu. 

Ia pun menjalani harinya sebagai seorang pengagguran yang tinggal bersama teman baiknya. Tiba-tiba tawaran dari Kementrian Olahraga untuk dirinya datang, dan meminta bantuannya untuk menjadi seorang ‘pacemaker’. Ia yang sangat mencintai olahraga lari ini pun menyetujui tawaran tersebut. 

Tapi apakah semulus itu ia mewujudkan mimpinya untuk menjadi seorang atlit marathon dengan kondisi dan tuntutan nya sebagai seorang pacemaker yang berlari untuk kemeangan orang lain?

Film ini memberikan gambaran, bahwa passion setiap diri harus dikejar bagaimanapun hambatan yang menghampiri.

Kisah mengharukan tentang perjuangan seorang kakak untuk membahagiakan adiknya, namun tak selalu cara kakak mencintai sang adik ditangkap dengan makna yang benar. Namun cinta seorang kakak tetap akan sampai dengan cara yang tak terduga.

Film lama ini masih cocok untuk kamu tonton. Film berbobot yang tak hanya sekedar romantisme pada umumnya film korea.

Selamat menonton !!

Selasa, 11 April 2017

Rasakan..

Kenapa, rasa nya kau sudah berusaha dengan segala daya..
mendekat kepadaNya..
Tapi asa mu tak jua bergelora seperti segala daya yang telah kau cipta..
apa yang salah?

Hatimu gundah, amarahmu tak berfaedah..
raga mu lelah mencipta, tapi tak banyak yang tersisa
Aku ingin bisa merasakan segala luapan cinta, letupan rindu dan kenikmatan selalu dilingkupi keridhoan Sang Pencipta Semesta..
Tapi apakah yang membuat dada masih saja gulana, terus mencari sisi yang belum utuh menganga menjadi rongga
Apa yang salah?

Aku memang mencoba mencinta, tapi rasanya cinta ini bukan cinta yang seutuhnya..
karena sering, hati ini tergoda untuk mengiyakan segala pinta dari sang hawa nafsu durjana..
mungkin diri ini terlalu meremehkan segala celah kecil yang menganga, hingga pasukan syaithon durhaka dengan mudahnya mengalihkan gelagat raga.

Aku menyesali,
Aku ingin berubah,
Aku tahu ini belum sempurna,
Aku berharap semua dapat aku jadikan sesuai asa, dan sesuai Ridho Sang Maha Kuasa..

hingga cintanya bisa terasa, dan meresap hingga ke dasar jiwa.
hingga gundah tak lagi menyapa, dan tinggalah rasa syukur dan kedekatan kepadaNya melimpahi sang Hamba..

Rasakan.. Bahwa Nafsu mu kini terlatih untuk tunduk, Ego mu kini mampu kau redup.
Karena kau ingin cintaNya sang Khaliq, meliputimu di setiap detik.
Hingga jiwamu tenang dan banyak berharap.. waktu, peluang, dan amalan yang kau persembahkan adalah untuk Tuhan, Pencipta Semesta Alam..

Rabu, 15 Februari 2017

Dua Cinta..

Ibu..
Senyumnya..
Masakannya..
Rasa khawatirnya..
Doa-doa tulusnya..
Mengiringi perjalanan hidup semua buah hatinya..

Terlebih ibuku..
Rasa lelahnya bekerja..
Omelan-omelan nya..
Waktu berharga nya menyiapkan segala kebutuhan di sela karir nya..
Uang-uang jerihpayahnya yang mencukupkan segala pinta anak-anak nya..
Tetes air mata atas setiap rasa marah dan ketidak-kuasaan dirinya menasehati anak terkasihnya..
Doa-doa nya yg bertubi ia haturkan untuk kebaikan buah hatinya..

Ummi.. cinta nya tak mampu ku ukur dg takaran indera..

Ayah..
Candaannya..
Kerelaannya..
Ketegasannya..
Betapa posesifnya..
Menelusup ke ruang kehidupan anak anak tercintanya..

Terlebih Ayahku..
Rasa ingin tau nya..
Sesekali, sikap cueknya..
"Pujian pujian" ironi nya..
Senyum yang menampakkan rasa bangga nya..
Ucapan ucapan doa untuk anak-anaknya..
Kesiap-siagaan nya menjemput anak tersayang..
Kesabarannya menahan rasa marah terhadap setiap kenakalan anak-anak nya..
Rasa lelahnya seusai mencari nafkah sehari penuh..

Abi.. semangat dan kegigihannya begitu melekat jelas di setiap ingatan tentang nya..
Aku yakin abi jg mencinta, namun dengan cara yg berbeda,
Bukan dg tangis khawatir,
Melainkan dg menghadirkan senyum kebanggaan..
Melihat semua putra putri nya berhasil menggapai asa..

Kalian yang aku cinta..
Tak kuasalah bibir menyatakan langsung semua cinta,
Karena belumlah selesai lisan mengeja rasa,
Tetes air mata pastilah lebih dahulu selesai bicara..
Menceritakan betapa cinta ku kepada kedua nya, tak mampu dibendung indera..

Berharap keberkahan dr Allah Ta'ala selalu membersamai kedua nya. Aamiin.

Selasa, 14 Februari 2017

Hatimu Mengeja, Takdirmu yang lebih Berhak Bicara

Getaran hati yang menggilitik sanubari..
Kagum pandangan mata akan sosok manusia..
Yang fisiknya tak seberapa, namun akhlaknya seolah bicara..
"Aku seorang pria, yg sedang berusaha memperlakukan wanita dg sebaik-baiknya"
Tutur lisannya, menggugah..
Gagasan cerdasnya, membuka hati ku..

Apakah ini "dia" ?

Semua yg kurasa tak pernah aku nikmati..
Aku hanya diam dalam penantianku..
Barangkali bukan "dia" yg Tuhan kirim untukku..
Maka rasa ini cukup aku saja yg tau,
dan Tuhanku yang menjadi saksi bahwa aku menunggu..

Tak banyak berharap tentang nya, namun tak ku elakkan bayangan "dia" seringkali buatku terjaga..
Tuhanku.. jaga aku..
Jaga aku dari rasa sakit karena terlalu berharap..
Jaga aku agar segala yg aku damba, sesuai dg yg Kau jadikan rencana

Maafkan tangisku, atas kekhawatiran ku akan rasa..
Yg sebenarnya tak ada berbalas rasa..
Karena hanya aku dan Tuhanku yg membincangkannya..
Sedang "dia" takkan pernah kuberitahu, sampai Tuhanku benar menakdirkan kita..

Kalaupun kita bukanlah takdir yg satu,
Aku yakin Tuhanku yg lebih tau..
Tentang siapa yg lbh baik telah disiapkanNya untukku..

Aku mencoba tak ragu,
Atas setiap asa yg tak sampai
Atas setiap rasa yg tak terungkap
Atas setiap cinta yg tak berbalas..

Karena aku berharap, aku selalu mencinta "dia" karena Tuhanku saja..
Maka saat Tuhanku tak memperkenankannya,
Cukupkan sabar..
Dan yakini bahwa kau dan hatimu sedang menghamba pada Dia Yang Maha Kuasa
Aamiin.

*copas dari seorang teman*

Minggu, 12 Februari 2017

Orientasi..

Orientasi.
Apa arti orientasi?
bisakah kita samakan dengan arti niatan dalam berbuat sesuatu?

Menuju dunia yang sesungguhnya (red; Pasca Kampus), banyak hal yang mulai menghantui. Umumnya adalah tentang pekerjaan dan khususnya adalah tentang pernikahan. Yah kita skip dulu bagian tentang pernikahan ya...

Pekerjaan..
Sarjana yang baru saja lulus, sering mengalami kegalauan dan kekhawatiran berlebihan tentang ini. Apakah aku termasuk? Ya.. hal ini juga menjadi bagian yang sempat aku khawatirkan. Terlebih aku juga punya saudara kandung yang juga tak selang sebulan aku wisuda, ia juga diwisuda. Ini secara tak langsung jadi perihal yang memancing rasa persaingan antara aku dan adikku ini. Dia yang begitu semangat mencari pekerjaan dengan bolak-balik mencari informasi di Internet, tentang lowongan pekerjaan untuk fresh graduate atau pun perusahaan yang membuka rekrutmen untuk MT (Management Trainee). Sedangkan aku, tak segercep (gercep; gerak cepat) itu mencari-cari info lowongan. Bukan berarti aku tak mencari ya, hanya tak sesering adikku saat mencari info lowongan kerja. 

Lahir di keluarga yang cukup Islami, dengan ibu sebagai seorang pegawai BUMN, cukup banyak berpengaruh terhadap cara pandang hidup kami (anak-anaknya).

Makna Pekikan Takbir itu..

Masjid Istiqlal (Sabtu, 11 Februari 2017)

"Allahu Akbar!!" , "Takbiir... Allahu Akbar!!"

Sahutan takbir itu begitu jelas terdengar, menggema di seke
liling Masjid Istiqlal. Itu terdengar sangat lantang, menggambarkan keberanian yang begitu besar.

"Kalian siap bela Allah??
"Siaap!!"
"Kalian siap bela Islam??"
"Siaap!!"
"Kalian siap bela Qur'an??"
"Siaap!!"
"Kalian siap bela Ulama??"
"Siaap!!"
"Takbiir..!"
"Allahu Akbar!!"

Suara khas sang ustadz Habieb Rizieq Syihab (HRS) terdengar memimpin seruan takbir itu, kepada semua  peserta AKSI 112 siang itu.

Rabu, 08 Februari 2017

Wanita Sabar itu Bernama Maryam

Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu). (QS.Ali Imran : 42)
Sangat tak asing mendengar nama salah satu wanita terdahulu yang Allah jaga dirinya dari segala kemaksiatan dan celaan manusia, Maryam binti Imran, seperti yang telah disampaikan Allah Ta’ala melalui Jibril dalam Surah Ali Imran ayat 42 tersebut.
Siti Maryam dikenal sebagai Anak dari Imran-Hanna dan merupakan keponakan  dari Nabi Zakaria, ayahnya meninggal sebelum Maryam dilahirkan, hingga akhirnya ia diasuh dan dibesarkan oleh Nabi Zakaria dan Istrinya. Dimana sepanjang hidupnya ia habiskan untuk beribadah di dalam mihrab sebuah kuil di Baitul Maqdis, sehingga ia dikenal sebagai wanita yang ahli ibadah.
Hingga Rasulullah pun Menyebut Siti Maryam sebagai wanita utama di masa terdahulu. Mengapa bisa begitu? Jika mau menilik kehidupan beliau, bisa kita simpulkan bahwa keutamaan itu datang dari kesabarannya dalam menghadapi ujian. Perlu sepertinya kita runut kehidupan sulit seperti apakah yang dihadapi Wanita sabar bernama Maryam ini, agar dapat kita ambil hikmah dari padanya...

Faktor Penting Perubahan !!

Berubah. Apa sebenarnya definisi dari berubah?
ubah vberubah/ber·u·bah/ v 1 menjadi lain (berbeda) dari semula 2 bertukar (beralih, berganti) menjadi sesuatu yang lain  3berganti (tentang arah).

Tentu segala yg berubah dalam kehidupan manusia (menurut fitrahnya), selalu diharapkan  menuju ke arah yang lebih baik. Jadi jika ada perubahan yang justru ke arah lebih buruk, merupakan sesuatu yang menyalahi hasrat fitrah manusia itu sendiri.

Tulisan ini saya tulis berdasarkan pengalaman, maaf jika mungkin dirasa ada ketidaksesuaian dg teori yg sdh ada.

Saya menemukan beberapa fenomena tentang proses berubahnya suatu kondisi kepada kondisi yg lain. 

Ada fenomena Anak yang bandel (tidak taat aturan sekolah, hingga beberapa kali dikembalikan kpd orangtuanya oleh pihak sekolah) yang kemudian sedang berusaha dan terus menerus dipaksa (didorong) untuk berubah jadi anak yang baik.

Ada fenomena Mahasiswa tingkat akhir yang tadinya malas dan tidak bersemangat untuk bersegera menyelesaikan skripsi nya, perlahan berubah dan menjadi pribadi yang bersegera dlm hal skripsi yakin justru hingga kini terus menyemangati dan mendoakan sahabat-sahabatnya yg masih berjuang menyelesaikan skripsinya.

Ada pula fenomena Orangtua yang tadinya sangat amat memanjakan anak laki-laki bungsu nya (hingga mengiyakan semua permintaan si anak, baik karena dipaksa sang anak, ataupun karena iming-iming materi untuk si anak agar mau menurut kepada orangtua), berubah perlahan menjadi orangtua yang berusaha tegas dan komitmen tentang konsekuensi dr setiap pelanggaran aturan oleh sang anak.

Cukup. Akan saya batasi pembahasan ini pada konteks tersebut, sesuai yang saya temui.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi seseorang untuk kemudian berubah ke arah yang lebih baik. Menurut pengalaman saya diantara nya :
  • Hidayah dari Allah
  • Lingkungan yang Mendukung
  • Pribadi yang Semangat Berubah    

Dilema? Tolaklah dengan Bijak..

Mendekati semester akhir kuliah, dilema tuntutan akademik dengan tuntutan amanah da'awi sering menghampiri para aktivis da'wah di kampus. Banyak kekhawatiran, masih adanya amanah yang menghinggapi pundak banyak diyakini akan memicu keterlambatan masa selesai studi nya. 

Ironis nya, sebagai diri yang sering dikuatkan dengan dalil, "Barangsiapa yang menolong agama Allah, maka akan Allah teguhkan kedudukannya", masih mungkin dihampiri keraguan. Mereka mulai bimbang, saat mendapati realitas yang berbenturan, antara keterbutuhan da'wah dengan permintaan orang tua untuk menyelesaikan tuntutan akademik dengan segera. 

Manusia, begitulah.. logika nya selalu lebih condong pada pilihan yg terlihat secara fisik. Sementara pilihan pilihan yang nampak abstrak dan non materil seperti Rahmat Allah, Pahala dan Balasan Surga dirasa bukanlah iming-iming yang cukup menggiurkan untuk beberapa saat ke depan. 

Tawaran akan keterbutuhan di amanah-amanah kampus yang menghampiri pun satu per satu ditolak. DITOLAK!! Dengan tegas dan tanpa ada pertimbangan, dengan lantang nya ditolak mentah-mentah. Subhanallah.. Wallahi, sesungguhnya bukan amanah da'wah itu yang membutuhkan mereka, tapi merekalah yang sesungguhnya membutuhkan nya sebagai hujjah kesungguhan nya dlm berda'wah di hadapan Rabb nya. Dengan atau tanpa mereka, sesungguhnya Da'wah akan terus berjalan bersama dengan para pemikulnya yg saling mencintai krn Allah dan Allah pun mencintai mereka.

Wahai kalian yang katanya punggawa da'wah. Kalian gagah bukan karena banyaknya tawaran amanah da'wah yang menghampiri. BUKAN! Yang membuat derajat kalian mulia di hadapan Allah adalah kerja-kerja berkah kalian dalam menolong agama Allah. 

Manusiawi, jika apa yangg tak nampak akan menimbulkan kegundahan. Namun, timbang dan tolaklah dengan bijak, timbang dan tolaklah dg ikut mengambil bagian solusi untuk segala hal yang kalian tolak. Jangan merasa sombong bahkan jual mahal karena jabatan kampus yg dulu pernah kalian sandang, jangan saudaraku! Hati-hati segala kesombongan itu akan menghapus segala kebaikan yang telah kalian tuai dari kerja-kerja terdahulu.

Jika sangat terpaksaaaa menolak, tolaklah dengan bijak, sembari ambil bagian mencarikan solusi terbaik untuk dirimu dan da'wah kedepan. 

Jangan sombong. Kau bukan apa-apa, dari Allah lah segala kemudahanmu dalam beramal kau dapati. 

*Bandung, 8 Feb 2017*

Rabu, 18 Januari 2017

Balasan Doa itu Nyataa..

Doa.. 
Aku termasuk yang sangat yakin tentang terjawabnya doa oleh Allah..

Sebelum yudisium pekan ini, aku sempat pulang ke rumah. Beberapa saat aku di rumah, tentunya percakapan dengan adik Bungsu ku adalah hal yang tak terelakkan. 
Namun percakapan ini bukan seperti percakapan biasanya, bukan marah-marah, bukan saling memaki karena saling kesal setelah betengkar.
Tapi aku menganggapnya percakapan dari hati ke hati. Dari sang adik bungsu kepada kakak sulung nya yang telah lama tidak menetap di rumah.

Pertama kali nya aku melihat adik bungsu ku menangis untuk alasan yang sangat menyentuh hati. 
Tentang kegelisahan hatinya, dianggap remeh oleh lingkungan sekitarnya karena ia tak lagi bersekolah. 
Tentang rasa malunya melihat uminya yang ditanya orang-orang terkait sekolah sang bungsu. 
Tentang rasa marah nya dia pada orang-orang yang merendahkan kedua orang tuaku.
Tentang betapa tak sukanya ia dinasehati dengan kasar disertai bentakan. 

bayangkan, bungsu yang aku kenal kasar tetiba berubah menjadi lelaki yang hatinya lembut. Ia terisak saat menceritakannya. Betapa sebagai sulung yang saat itu tak ada di sampingnya, aku turut merasa haru. Betapa adik bungsu ku ini perlahan,  terlihat berubah jadi lebih baik..

Di percakapan setelahnya pun, aku melanjutkan dialog yang sama, terkait dirinya yang sekarang. 
Dia bercerita bahwa kini ia tahu siapa saja teman yang sungguh-sungguh ingin berteman, dan siapa teman yang hanya memanfaatkan uangnya saja. Dia juga bercerita tentang kesadarannya untuk sholat 5 waktu tanpa disuruh-suruh. Bahkan ia bercerita tentang bagaimana ia menasehati teman baiknya agar juga segera mulai membenahi sholat 5 waktu nya.

Sebagai seorang kakak, yang selalu berusaha dengan rajin mendoakan adik bungsu satu ini, perubahan ke arah baik ini rasanya menjadi penghibur diri ini. Rasa nya doa ku akan hidayah untuk adik bungsu ini perlahan terjawab. 

*Semoga adik bungsu ini, semakin Engkau teguhkan dalam kebenaran Agama Islam ini.   AAMIIN* 
*Ya Rabb segera pertemukan adik bungsu ku ini dengan sahabat yang sholih lagi mushlih. AAMIIN*

Keberpihakan

Beberapa hari ini, fenomena yang sedang berseliweran di hadapan saya membuat saya tergelitik untuk menulis blog lagi dengan tema ini.. "Keberpihakan"..

Sebagai manusia yang dikaruniai akal, dan juga telah menempuh pendidikan baik itu di bangku sekolah maupun dari pengalaman di lingkungan keluarga, pastilah hidup (latar belakang) kita sangat amat berperan membentuk sebuah persepsi masing-masing pribadi kita. Persepsi pribadi itulah yang kemudian terwujud menjadi sebuah KEBERPIHAKAN. 

Tentu sebuah sunnatullah adanya perbedaan dalam setiap lembaran perjalanan hidup manusia. Pun terkait hal sederhana semisal ,menentukan apakah sebuah pernyataan adalah kebenaran ataukah kebohongan, pasti dengan berbagai sudut pandang persepsi akan didapati berbagai macam kesimpulan dan keberpihakan yang berbeda-beda.

Baru-baru ini saya menyimak pernyataan dan analisis dari seorang Akademisi Filsafat FIB UI, Bapak Rocky Gerung, yang diundang hadir dalam sebuah Sesi Indonesia Lawyer Club. Pernyataan beliau cukup lugas dan sangat jelas. Argumen yang beliau sampaikan pun juga cukup masuk akal, ilmiah karena beliau adalah seorang dosen yang telah lama di-didik untuk berpikir sistematis dan ilmiah. Mari tengok sejenak pernyataan beliau di ILC Edisi 17 Januari 2017 (Lengkapnya bisa di cek di sini https://www.youtube.com/watch?v=DSR7c85wgqE ).

Minggu, 01 Januari 2017

Menyanyi..

Untaian nada.. terangkai menjadi lagu..
dendangan lagu.. merangkai rasa dalam kata-kata..
yang tak bisa kau ungkapkan.. dapat kau gambarkan melalui nya..

Nyanyian hati.. gambaran rasa.. terangkai dalam nada..
biarkan hati bicara dengan cara nya..
dan menyanyi menjadi pilihannya..

senyum.. tangis nya tergambar dari nada dan kata yang terangkai..
itulah obat sementara pelepas gejolak rasa..

namun ingatlah untuk kembali pada realita, peluklah pahit dan manis yang kau rasa..
agar dirimu lepas dan lapang dada..

Menyanyi, ekpresi hati, diri ini..

*love singing*
My Favorite Singer Ever! (TULUS)