Rabu, 08 Februari 2017

Faktor Penting Perubahan !!

Berubah. Apa sebenarnya definisi dari berubah?
ubah vberubah/ber·u·bah/ v 1 menjadi lain (berbeda) dari semula 2 bertukar (beralih, berganti) menjadi sesuatu yang lain  3berganti (tentang arah).

Tentu segala yg berubah dalam kehidupan manusia (menurut fitrahnya), selalu diharapkan  menuju ke arah yang lebih baik. Jadi jika ada perubahan yang justru ke arah lebih buruk, merupakan sesuatu yang menyalahi hasrat fitrah manusia itu sendiri.

Tulisan ini saya tulis berdasarkan pengalaman, maaf jika mungkin dirasa ada ketidaksesuaian dg teori yg sdh ada.

Saya menemukan beberapa fenomena tentang proses berubahnya suatu kondisi kepada kondisi yg lain. 

Ada fenomena Anak yang bandel (tidak taat aturan sekolah, hingga beberapa kali dikembalikan kpd orangtuanya oleh pihak sekolah) yang kemudian sedang berusaha dan terus menerus dipaksa (didorong) untuk berubah jadi anak yang baik.

Ada fenomena Mahasiswa tingkat akhir yang tadinya malas dan tidak bersemangat untuk bersegera menyelesaikan skripsi nya, perlahan berubah dan menjadi pribadi yang bersegera dlm hal skripsi yakin justru hingga kini terus menyemangati dan mendoakan sahabat-sahabatnya yg masih berjuang menyelesaikan skripsinya.

Ada pula fenomena Orangtua yang tadinya sangat amat memanjakan anak laki-laki bungsu nya (hingga mengiyakan semua permintaan si anak, baik karena dipaksa sang anak, ataupun karena iming-iming materi untuk si anak agar mau menurut kepada orangtua), berubah perlahan menjadi orangtua yang berusaha tegas dan komitmen tentang konsekuensi dr setiap pelanggaran aturan oleh sang anak.

Cukup. Akan saya batasi pembahasan ini pada konteks tersebut, sesuai yang saya temui.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi seseorang untuk kemudian berubah ke arah yang lebih baik. Menurut pengalaman saya diantara nya :
  • Hidayah dari Allah
  • Lingkungan yang Mendukung
  • Pribadi yang Semangat Berubah    
Hidayah dari Allah 
Hidayah, datang bisa dengan berbagai wujud, namun sebagian besar nampak di hadapan manusia dalam bentuk perenungan takdir. Takdir yang seperti apa? Kepingan-kepingan Takdir dalam hidup yang menggiring persepsi manusia kepada logika Langit. Bisa berbentuk teguran ataupun kasih sayang yang melimpah setelah sebuah kelalaian (pembangkangan) ataupun ketaatan yang dilakukan seseorang kepada Tuhan nya (Allah SWT). Hidayah ini yang seringkali salah dimaknai oleh sebagian besar orang. Banyak yang menganggap karena hidayah adalah hak prerogatif Allah, maka tidak diperlukan upaya maksimal untuk menjemput dan memantaskan hadirnya hidayah ini. Mereka hanya merasa cukup dengan berharap maka hidayah akan Allah hadirkan untuk diri mereka. PADAHAL ITU SAJA TIDAK CUKUP!!

Islam mengajarkan untuk menyeimbangkan 2 hal, yakni berdoa dan berusaha. Berharap yang terbaik adalah sesuatu yang tanpa sadar akan selalu dilakukan manusia saat mendapati sebuah masalah, namun harapan takkan berarti jika tak dibarengi dengan usaha.
Pada Fenomena Seorang Anak yang Bandel, ia mendapati kondisi berulang kali kena teguran sekolah (karena bolos, terlambat bahkan berbohong kepada guru) dan kemudian berakhir dengan SP 3 (red; pengembalian anak kepada orangtua, yang menandai sekolah sudah tidak mau bertanggungjawab lagi terhadap pendidikan anak tersebut), dan kemudian berupaya maksimal berulang kali mencari sekolah pengganti namun tetap saja GAGAL, perlu diyakini betul bahwa rentetan cerita itu adalah bagian takdir dari Allah. 

Lalu bagaimanakah yang seharusnya dilakukan agar hidayah Allah itu bisa hadir untuk si Anak tersebut?
Anak tersebut harus merenungi perbuatannya. Jika ia merasa banyak penyebab kebiasaan buruk ia melanggar aturan di sekolah adalah karena pergaulan yang salah, maka sangat penting untuk mencari teman sepermainan yang baik dan justru mendekatkan dirinya kepada Allah dan Hidayah nya. Bukan justru bersikap melawan takdir dan tetap manjadi bandel dan berharap dengan sendirinya anak-anak baik akan menghampiri dirinya untuk mengajaknya berteman. Memang ada kemungkinan orang baik akan datang kepada anak itu, namun porsentase nya sungguh kecil. Akan lebih besar peluang mendapatkan hidayah, disaat anak itu yang mulai menyesuaikan gaya hidupnya dengan kebiasaan anak-anak baik, sehingga kebaikan pun satu persatu takkan ragu menghampirinya termasuk sahabat-sahabat yang baik.

Pada Fenomena Seorang Mahasiswa tingkat akhir, dimana sudah mendekati batas akhir pengerjaan skripsi
namun bertubi-tubi yang ia hadapai adalah tuntutan keras orang tua untuk menyegerakannya selesai kuliah, ataupun dosen yang berkali-kali ia abaikan namun tetap bersedia memperpanjang posisi nya sebagai dosen pembimbing dari sang mahasiswa karena tidak tega, yakinilah itu adalah bagian dari rencana Allah.

Lalu setelah melihat rangkaian kejadian tersebut, apa yang seharusnya dilakukan sang mahasiswa untuk menjemput hidayah Allah?
Ia harus merenungi betul, apa kesalahan yang sebelum ini telah ia perbuat. Apakah karena tidak fokusnya ia mengerjakan skripsi, ataukah rasa minder dan gengsinya untuk menghadap dosen, ataukah tak adanya deadline atau target penyelesaian skripsi bagi dirinya, ataukah bahkan karena tidak niatnya ia memperdalam metode yang digunakan dalam skripsinya?

Itu semua harus dirunut! Dan hal pertama yang harus ia lakukan adalah membuat deadline pengerjaan bab-bab dalam skripsinya. Kemudian, dia harus meminta maaf dan mengakui kesalahannya yang telah melalaikan skripsi kepada orangtua dan dosen pembimbing nya. Selanjutnya, ia harus menahan rasa malunya dan mulailah bergaul dengan mahasiswa lain yang juga sedang menyelesaikan skripsi, agar semangatnya terjaga untuk menyegerakan proses penyelesaian skripsinya. Itulah upaya maksimal yang harus dilakukan mahasiswa tingkat akhir itu untuk memperbesar peluang hadirnya Rahmat Allah atas dirinya.

Pada Fenomena orangtua, kondisi yang muncul adalah sang orangtua mendapati anaknya adalah pribadi yang sakit dan perlu di operasi berkali-kali sehingga menjadikan sang orangtua perlu mengiming-imingi sang anak dengan berbagi imbalan yang sifatnya materil. Di kemudian harinya, menjadikan si anak manja dan mudah membantah bahkan berkata kasar kepada kedua orang tuanya. Bahkan menjadikan anaknya pribadi yang lebih suka berbohong sekalipun terkait ibadah dan aqidahnya, yakinilah itu adalah bagian dari rencana yang telah Allah siapkan. 

Lalu apa yang harus dilakukan Orangtua untuk merubah si anak dan mendapati hidayah Allah untuk dirinya dan anaknya?
Pertama, Orangtua harus mengevaluasi cara nya dalam mendidik sang anak. Sudah tepatkah sikap selalu mengiyakan segala permintaan sang anak? Kedua, Jadilah pasangan orangtua yang tegas dan komitmen, bukan yang pemarah dan kasar saat mendapati pelanggaran kesepakatan oleh sang anak. Ketiga, cari sebanyak-banyaknya motivasi kebaikan tentang bersabar menghadapi ujian berupa anak yang nakal. Keempat, doakan terus si anak agar selalu dalam perlindungan Allah Ta'ala dan yakinilah bahwa ia (red; si anak) dapat berubah menjadi pribadi yang lebih baik.    
Begitulah hidayah akan perlahan menghampiri. Setelah takdir bertubi-tubi membentur logika manusiawi, dan sang pribadi memilih untuk merenungi, serta memperbaiki apa-apa yang salah dalam respon dan persepsi diri, bismillah Allah akan hadirkan hidayah dan kemudahan dalam setiap langkah kebaikan diri.

Lingkungan yang mendukung  

Hidayah dari Allah adalah awal yang akan merubah kondisi diri menjadi lebih baik. Setelah merasakan adanya Logika langit yang jauh lebih banyak berpengaruh pada kehidupan manusia, maka faktor selanjutnya yang harus diupayakan adalah mencari Lingkungan yang MENDUKUNG! Mengkondisikan diri berada dalam lingkup orang-orang yang mendukung perubahan baik kita

Jika pada Fenomena Anak yang Bandel, hidayah takkan bertahan lama jika ia tak sesegera mungkin mencari lingkungan yang mendukung. Ia akan dengan mudahnya berbalik menjadi anak yang suka membangkang lagi.

Pada Fenomena   Mahasiswa tingkat akhir, jika ia tidak memaksakan untuk jujur pada diri nya dan pihak yang berhubungan langsung dengan skripsinya (red; orangtua dan dosen pembimbing) ia akan merasa minder terus menerus. Jika ia selalu memandang negatif segala kemungkinan dan rasa malu nya saat berhadapan dengan junior-junior yang sudah lebih banyak progres skripsi nya dibanding dirinya, ia takkan merasa perlu untuk menantang dirinya. Jika ia justru menjauhi orang-orang yang sering mengingatkannya akan skripsi, justru ia akan terus terjebak dalam persepsi semu dirinya akan betapa beratnya menyelesaikan skripsi, padahal ia butuh semangat, ia butuh doa dari orang-orang terdekatnya, ia butuh pacuan untuk berlari semakin cepat menuju finish perkuliahan ini.

Pada Fenomena Orangtua, jika beliau hanya bergaul dengan orang-orang yang juga mengeluhkan anak-anak nya yang juga bandel dan banyak membantah, maka yang terjadi adalah mungkin Pihak Orangtua malah akan lebih memilih cara kasar menghadapi pemberontakan yang dilakukan anaknya. Padahal untuk usia anak Abege (Remaja), cara kasar justru akan semakin memperparah pembangkangan yang dilakukan sang anak.

Sangat diperlukan bagi diri kita untuk menghadirkan, mendekatkan diri kepada lingkungan yang mendukung perubahan kebaikan kita kedepannya.

Pribadi yang Semangat Berubah   

Jika pemikiran sudah berubah, lingkungan sudah terkondisikan dengan baik, faktor yang juga mempengaruhi adalah Semangat Berubah yang terus menerus harus dihadirkan oleh pribadi tersebut. Bagaimana menghadirkan semangat tersebut? Cari berbagai motivasi positif, baik dari lingkungan terdekat yakni keluarga atau sahabat, ataupun dari buku dan media informasi yang kita akses setiap harinya, bahkan sederhanya semangat yang kita dapati bisa berasal dari doa-doa rutin kita kepada Allah. Agar selalu dibantu diri kita ini menjaga semangat dalam menyelesaikan permasalahan hidup kita. Mintakan kesabaran kepada Allah, mintakan keistiqomahan kepada-Nya. 

Semangat akan mudah hadir dari dalam diri (Internal), karena terus menerus disugesti, melalui kata-kata dan doa-doa kita. InsyaAllah. Sejauh ini, faktor inilah yang saya yakini mampu mempengaruhi perubahan seseorang menuju kebaikan. Dengan pembelajaran yang saya ambil dari ketiga fenomena yang saya temui. 

Semoga Allah merahmati saudara-saudaraku sekalian yang sudah menyadari perlu berubah ke arah lebih baik, dan Semoga Allah menjaga saudara-saudara sekalian senantiasa dalam kebaikan. aamiin   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar