Senin, 12 Maret 2018

Membuktikan Adabmu dalam Menuntut Ilmu

Banyak ya sekarang ini jamaah youtube-iyyah. Yang belajar ttg Islamnya hanya merasa cukup dg menonton secara online, bukannya menghadiri kajian secara langsung.

Menuntut ilmu pada masa kini memang sangat mudah aksesnya. Channel berisi ceramah berbagai ustadz dan penceramah bertebaran di youtube sana. Segala hal yang belum diketahui bisa langsung dipahami dengan bermodal klik dan kuota internet saja. Tapi apakah itu semua sudah cukup untuk menjadikan diri kita dianggap sebagai orang yang berilmu dan senantiasa mencari ilmu?

Dalam Quran Surah Al Mujadilah ayat 11, Allah menyebutkan akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu di atas orang-orang yang beriman.

'Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.'

Menghindari kesalahan dalam menuntut ilmu, perlu kita fahami terlebih dulu bagaimanakah cara menuntut ilmu yang benar menurut Islam. Jangan sampai kita, yang seorang muslim, terjebak dalam kecanggihan teknologi hingga membuat diri ini lupa akan nilai-nilai esensi dari setiap aktivitas yang dijalani.

Yuk, sebentar kita tengok kebiasaan para pendahulu kita saat hendak menuntut ilmu. Ulama salaf dahulu sangat memperhatikan adab dalam belajar, sampai-sampai mereka mementingkan adab terlebih dahulu sebelum belajar Ilmu. Imam Malik rahimahullah berkata,

تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم

"Pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu"

Abdullah bin Mubarak juga berkata, "Dahulu kami belajar adab 30 tahun, sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun."

MasyaAllah, betapa para ulama sangat memperhatikan adab, sebelum aktivitas menuntut ilmu itu sendiri dimulai. Adab-adab tersebut melingkupi bagaimana bersikap terhadap diri sendiri (niatan yang ikhlas, membersihkan hati), terhadap guru (hormat, santun, taat) dan terhadap sesama penuntut ilmu (berlapang-lapang dalam majelis).

Bagaimanakah cara mempraktikkan semua adab tersebut, jika tak disertai kehadiran diri secara fisik dalam setiap majelis ilmu? Sulit. Padahal adab tersebut akan mempengaruhi cara kita menangkap ilmu, yang diberikan oleh sang guru.

Coba renungkan perbedaan saat menjalankan dua kebiasaan menuntut ilmu ini..

Pertama,
Jika kita menyimak ceramah Islam di youtube saja, maka kita tak terbiasa mempersiapkan diri mendengarkan penyampaian ilmu dengan sempurna. Biasanya banyak dari kita yang menonton youtube di smartphone, dalam kondisi ternyaman masing-masing semisal sembari tiduran santai di atas kasur kamarnya.

Padahal jika menghadiri majelis ilmu secara langsung, kita akan berusaha hadir dengan  berpakaian rapi, menunjukkan sikap santun dan hormat selama kajian berlangsung,  menyiapkan buku untuk mencatat isi kajian dan lain sebagainya. Yang mana persiapan hadir langsung di majelis ilmu akan jauh membuat diri ini menerapkan dengan baik seluruh adab menuntut ilmu.

Kedua,
Hadir langsung di majelis ilmu juga akan menyadarkan kita, bahwa mereka yang mau berproses menjadi pribadi lebih baik sesungguhnya jumlahnya banyak. Tak perlu diri ini merasa sendirian dan kesepian saat  menjalani dan mengupayakan kebaikan Islam. Temukan saudara-saudara muslim kita yang bisa selalu mengingatkan dalam kebaikan dan menguatkan diri menuju keistiqomahan.

Ketiga,
Ketika hanya menonton kajian di youtube, kita tidak terbiasa melihat konteks isi ceramah secara utuh. Jika ada pernyataan yang sedikit keras dari sang ustadz, kita tidak mempunyai peluang untuk memahami konteksnya secara utuh. Bisa jadi karena belum terbiasa (rutin) menghadiri kajian dari sang ustadz, kita terlanjur menyimpulkan secara impulsif dan subyektif tentang maksud dan cara penyampaian ceramah beliau.

Maka dengan hadir secara langsung, kita bisa memperhatikan adab sang ustadz selama menyampaikan ilmu tersebut. Kita bisa mengetahui dari manakah asal pernyataan 'agak keras' yang beliau lontarkan tersebut. Apakah memang hal tersebut merupakan fenomena yang harus ditindak tegas dalam Islam ataukah sebaliknya.

Keempat,
Berkaitan dengan yang sebelumnya, bertemu langsung dengan sang guru akan membuat kita memahami gestur penyampaian sang ustadz. Kita melihat langsung bagaimana beliau sejenak bercanda, dan kemudian menegaskan pernyataannya, ataukah bagaimana beliau menunjukkan ketidaksukaan dan ketidaksetujuannnya terhadap suatu fenomena. Kesimpulan yang kita ambil pun bukan berasal dari praduga semata, melainkan dari kesaksian mata kepala setelah diri ini bertatap muka.

Bukan berarti saya menentang kebiasaan menonton ceramah islam di youtube, saya hanya sedang berusaha mengoreksi kembali niatan kita dalam menuntut ilmu. Tertariknya kita untuk mendalami Islam setelah menonton video ceramah di youtube, harusnya semakin memicu kita untuk lebih rutin menghadiri kajian keislaman secara langsung.

Meski di tengah kesibukan mengais nafkah dunia, mari sempatkan dan rutinkanlah hadir di majelis ilmu yang ada di sekitar kita. Menghadirinya adalah bagian dari sarana kita mencari bekal kehidupan akhirat nantinya. Buktikan betapa siapnya diri kita, menjemput barokah ilmu yang disampaikan sang ustadz dengan hadir secara fisik di sana.