Rabu, 27 April 2016

Mampukan hati ini Ya Rabbi


Pernahkah kau tak salah,namun terasa sekitarmu mengacungkang telunjukknya memojokkan dirimu?

Pernahkah kau benar, tapi dunia acuh serasa tak pernah mau mendengarkan?

 

Pernahkah kau benci,tapi hanya bisa kau pendam dalamhati?

Karena dia yang ingin kau caci, berbuat zolim padamu karena ia sungguh tak memahami..

Tak memahami betapa nasihat yang kau beri, bukanlah untuk dirimu sendiri, melainkan untuk dirinya yang hampir tersesat karena kealpaan diri

 

Pernahkah kau sudah bersabar, tapi bertubi-tubi masih saja kau dicaci?

Rasa gondok menghampiri,menari-nari dalam sanubari, seakan ingin meloncat menerobos batas sabar hati.

Ingin berteriak, bahwa aku juga punya HATII!

 

Pernahkah kau mendoakan seseorang yang kau benci, agar Sang Rabbul Izzati melembutkan hati dia yang sedang membuat hati kita ini terdzolimi, namun yang kau dapati justru ia semakin benci dan tak mau berusaha memahami?

 

Apa yang harus dilakukan hati agar batas kesabaran itu sama dengan tak hingga?

Hingga ia (kesabaran) tak mampu didefinisikan oleh amarah yang memupuk bagian terdalam jiwa,walaupun ia bertubi-tubi berusaha mengeja ujung batas kesabaran nurani..

 

Kata-kata itu..

Innalaha Ma’ana..Sesungguhnya Allah bersama kita..

Maka semoga gundah berubah menjadi asa

Maka semoga benci berubah jadi rasa peduli

Maka semoga hati dapat terus menerus memahami

Tugas sebagai HambaNya adalah terus-menerus memperbaiki diri..

Manusia tak ada yang sudah sempurna..

Aku-hati-dan-lisan-ku


Lisan,anggota tubuh satu satunya yang tak bertulang.

Banyak nian ujian itu berasal dari lisan

setahun pun belum usai ujianku atas tingkah bermacam lisan

Ia begitu ditunggu nasihat dan kalimat  menenangkannya,

Namun juga bisa mencabik dan membuat ubun-ubun kepala terasa mendidih, menahan amarah karena jahatnya perlakuan lisan pada sang hati

 

Hati, bagian dari diri yang tak kasat dalam pandangan

Ia ada,punya kuasa, punya asa, juga bahkan punya rasa

namun luka yang ia rasa tak jarang tiada yang mengiba

merasa kata yang menyayat jiwa, takkan seperih kulit yang terluka berdarah-darah

 

lisan, ia sepele namun berpengaruh besar

berpengaruh menenangkan kegalauan hati yang menanti angin segar penyubur asa dan harapan

lisan, ia mengagumkan tapi mampu menjatuhkan

menjatuhkan setiap diri yang merasa lisan selalu benar dan tak punya celah untuk melukai sang nurani

 

aku dan lisan ku

aku dan hati ku

mereka itu satu,tapi aku yang masih tak mampu

tak mampu menjadikan setiap laku kata,sejalan dengan lembutnya karsa hati

tak mampu menjadikan asa baik sang nurani, beriringan dengan bijaknya tutur sang lisan

 

aku yang sering terjebak, dalam dilema diri

antara kejujuran yang pahit dengan angan hati yang ingin dimengerti

 

aku yang sebenarnya ingin berontak dengan segenap kuasa ku, dengan segenap lisanku..

lagi-lagi tak mampu berkutik saat hati berbisik, ‘siapkah kau menyakiti banyak hati? Siapkah kau dibenci banyak mata? Siapkah kau dicap sebagai pribadi tak tahu diri?’

 

aku yang menjadi contoh

aku yang menjadi sandaran

aku yang menjadi pijakan kebaikan

tak bolehkah aku mengatakan, tentang kebenaran walaupun ia terseret bersamaan dengan kepahitan?

Tak bolehkah aku mengungkapkan rasa hati atas setiap ketidaknyamanan lisan-lisan?

Tak bolehkah aku mengadu pada siapa saja,tentang lisan yang masih berusaha belajar memahami hati, dan tentang hati yang teru berusaha memaklumi tingkah polah sang lisan?

 

Aku, hati dan lisanku..

Sabtu, 02 April 2016

Kematian

Takdir yang manusia manapun yakin akan kehadirannya yang nyata adalah tentang ..Kematian..
Kembalinya seorang hamba kepada pemeliharanya, Allah ta'ala..
dicabutnya nafas dan takdir di dunia seorang manusia oleh Sang Penciptanya..

Mati adalah lawannya hidup
mati berarti tak bergerak, berhenti, tak bernafas
dan mati adalah kondisi dimana pribadi telah dicukupkan kesempatannya oleh sang Illahi
Mati bukanlah kehendakmu, melainkan kehendakNya
Mati bukanlah tentang jasad yang meninggalkan dunia sahaja,
melainkan tentang dimulainya masa penantian akan balasan segala amal menuju kekalnya akhirat

mereka yang sudah pergi, dijemput maut bukan berarti menghilang selamanya..
mereka hanya secara fisik tak ada, namun atsar amalannya tetap terasa di dunia,
hingga perjumpaan dengan Rabb nya pun terlaksana

banyak kondisi akhir kehidupan yang kisahnya kita jumpai..
namun tentu yang berakhir baik akan begitu menginspirasi,
dimana amal di dunia seorang hamba, telah menjaga akhir hidupnya berada dalam keridhoan Sang Azza wa Jalla

Wahai diri yang masih merasakan kesempatan di dunia,
ambillah sebanyak-banyak hikmah,
ambillah sebanyak-banyaknya peluang beramal,
agar kelak saat kau dihampiri nya,
amalmu akan menjaga akhir hayatmu dalam keridhoan Rabb-mu


*selasa, 29 Maret 2016*