Kamis, 19 Maret 2015

Tapi TERNYATA.. (mahasiswa.. oh mahasiswa)

(Lanjutan Mahasiswa.. Oh Mahasiswa..)

Bagaimana seseorang bersikap, pastilah sangat amat dipengaruhi lingkungan sekitarnya.
Begitupun menanggapi suatu persoalan, dengan berbagai latar belakang lingkungan, akan muncul pula berbagai solusi yang ditawarkan.
Betapapun yang lain memaksakan, solusi dirinya bagi diri yang lainnya, tentu akan ada benturan pemahaman yang terjadi, dikarenakan sudut pandang berbeda yang diambil di awal dari masing-masing pribadi.

Maka mengapa terus menghujat segala perbedaan tersebut? 
Mengapa tak jadi individu yang saling mendukung dan hangat menyambut?
Yang menganggap bahwa solusi satu sama lain itu saling melengkapi, demi tercapainya tujuan bersama. Tujuan menjayakan Bangsa dan Negara ini, NKRI.

TAPI TERNYATA, perlu disadari..
Setiap generasi punya zamannya, punya ceritanya. 
Biarkan mereka yang terframe bahwa menyampaikan kebaikan adalah dengan cara berprestasi baik akademik dan non akademik.
Biarkan pula mereka yang merasa bahwa menyampaikan kebaikan adalah dengan menjaga hak rakyat dengan menegur pemerintah di kala SALAH.
Tak ada yang salah dengan menyampaikan kebaikan
Dan tak ada yang salah dengan  mengambil peran
Kami ini hanya sedang berada pada jalur yang bersisian, namun ke arah yang sama, satu tujuan.

Kakanda, kami pun berusaha. Janganlah lagi dicerca. 
Jangan pula kau pancing agar niatan kami berubah arah.
Berubah dari yang tadinya asli terpanggil menjadi tengil dan merasa perlu tampil.

Kami yakin bahwa kebaikan perlu disampaikan, meski dengan berbeda cara sesuai yang kami sanggupi. Maka dari itu ayo kakanda, bergerak bersama kami,mahasiswa, untuk mengingatkan kebaikan di kala ia mulai kalang kabut lagi tercabut, menjauh dari nurani orang pertama di Negeri ini.
Dan tak lupa mohon doakan kami agar berteguh HATI, dalam menyampaikan dan mempertahankan kebenaran di NKRI ini.

*aamiin*

Senin, 16 Maret 2015

Mahasiswa.. Oh Mahasiswa..

Subhanallah, Maha Suci Allah (dari segala kesalahan)..

Sebelumnya perkenankanlah saya, seorang mahasiswa biasa di FSM UNDIP, menyampaikan pikirannya kepada blogwalker sekalian tentang banyaknya keraguan aktivis senior yang kini ada di luar status mahasiswa terhadap para penerusnya di kampus-kampus seantero jagad Indonesia..

kakanda, yang sudah lebih dahulu berjuang menegakkan tonggak reformasi dengan segenap darah, materi, waktu dan pengorbanan akademik nya, maafkan kami jika engkau merasa kami sedang teralihkan perhatiannya dengan targetan akademik dan alternatif berprestasi dengan lebih kreatif.

kakanda, maafkan kami yang tak seheroik dirimu, yang berkumpul setelah pembungkaman Hak Asasi Berpendapat yang telah berpuluh tahun dilakukan oleh rezim saat itu, yang menyelamatkan Indonesia dari kedaruratan dan kesekaratan.

Aksi Turun ke Jalan 'Penerapan UKT UNDIP'

kakanda, maafkan kami yang kau rasa tak pernah berhasil muncul di media massa yang kau pantau saat sedang menjalankan kewajiban kami menyampaikan kebenaran, baik itu secara tidak langsung ataupun dengan turun ke jalan.

kakanda, sudah berapakah anak-anak mu? sudahkah ia sebesar kami? sudahkah sampai kau ajarkan kepadanya makna dari menyampaikan kebenaran? Ah, kami yakin kau sudah menyampaikannya..

kakanda, taukah kau turun ke jalan sebagai panggilan yang kita anggap sebagai kesadaran nurani terhadap pembelaan hak rakyat itu, dianggap salah oleh orang-orang tua kami. Dianggap Ekstrem dan tak pernah diajarkan oleh sebagian besar orang tua kami.

Aksi Berprestasi MAWAPRES UNDIP
Kakanda, karena stigma itu, kami pun berfokus untuk belajar, mencari uang untuk keluarga, dan berprestasi sebanyak mungkin untuk menaikkan rasa bangga kedua orang tua yang kami cintai itu.

kakanda, kami memang berlatar belakang berbeda dengan zaman mu, zaman dimana kebaikan dengan jelas DIBUNGKAM!

kakanda, bukankah tujuan aksi turun ke jalan adalah menyampaikan kepada rakyat bahwa Hak-hak nya sedang di rampas?  Agar kemudian rakyat ikut turun dan menyuarakan hal yang sama bersama para intelektual muda. 

Tapi jika rakyat yang ada saat ini saja memandang sebelah mata kami yang membolos untuk 'aksi'  dan ternyata tidak mendukung jalan yang kami pilih, sementara di sisi lain kami pun mempunyai kewajiban untuk lebih dahulu menyadarkan teman-teman seperjuangan kami yang sedang terlena dan menyimpan kebaikan dan kebenaran hanya untuk dirinya sahaja, beberapa dari kami sudah sadar tentang hal ini dan sedang terus menerus berusaha memperbaikinya dengan menampilkan ajakan sesuai dengan bahasa yang menjadi objek yang sedang kami pengaruhi.

TAPI TERNYATA..

to be continued..





Minggu, 08 Maret 2015

Ummiku.. (2)

Ummi, sosok yang tegar. Sosok yang bijak. Sosok yang perhatian. Sosok yang penuh kesabaran.
Sosok yang rasanya malam ini ingin segera aku peluk. Karena merasa bahwa beliau saat ini membutuhkan ku..

Aku anak pertama, yang merantau kuliah jauh dari rumah ke Semarang. Meninggalkan adik-adikku dan kedua orang tua yang aku sayangi. Jarak yang memisahkan itu jelas tak menghalangi ikatan batin antara Ibu dan Anak ini. Umi selalu hadir di saat yang tepat. Baik itu saat menelpon, memberi semangat, atau bahkan sekedar menanyakan kabar keuangan pribadi ini.

Ummi, ummi pasti capek. Sepulang kerja seharian, harus mencuci baju dan menyetrika semuanya hanya berdua dengan abi. Ummi, kakak bisa bantu ummi apa? :"

Ummi sebentar lagi pensiun, dan kakak belum bisa cari kerja, bahkan lulus pun belum. Maafin kakak ya,mi.. Kakak belum bisa kasih kebahagiaan apa-apa ke ummi dan abi.. 
tapi lagi-lagi, kalian hanya menjawab "gak papa, kamu yang sehat disana, yang semangat disana."

Ummi..
Kakak sayang ummi karena Allah..
Kakak berharap Allah berkenan memuliakan Ummi dan Abi di dunia dan di akhirat dengan amal sholeh yang kakak upayakan di Semarang ini..

Segera ummi, kakak akan berikan kabar baik itu untuk Ummi dan Abi.. 
Mohon doanya selalu..




* kakak, dari kamar atas wisma cordoba *

Inspirasi Sore, dari sedikit menjadi banyak

Lama tak menyapa lembaran blog ini, sore itu tiba-tiba aku merasa tersentak dengan sebuah nasehat. Nasehat sederhana yang, lagi, telah berhasil membuat aku dan hati ku mendengarkan dengan seksama. Ini cerita tentang keberkahan, cerita tentang Logika Langit. Bagaimana kata dan kesertaan ruh mendefinisikan makna 'keberkahan'.

Sentuhan Keberkahan

Daya cipta material adalah kekuatan. Pengorbanan adalah kekuatan. Tapi apa yang dilakukan seorang pahlawan Mukmin jika harta dan sarana yang diciptakannya, dan ingin dikorbankannya di jalan cita-citanya, ternyata tidak sampai memenuhi total kebutuhannya?

Itu adalah sisi kepahlawanan yang lain. Apa yang teruji dalam situasi itu adalah seberapa percaya ia kepada dirinya sendiri, kepada cita-citanya, kepada Allah, di tengah semua keterbatasan itu, seberapa ‘nekat’ ia melawan tekanan keterbatasan itu, seberapa cerdas ia mensiasati keterbatasan itu, seberapa efisien ia dalam keseluruhan hidupnya.