Rabu, 18 Januari 2017

Keberpihakan

Beberapa hari ini, fenomena yang sedang berseliweran di hadapan saya membuat saya tergelitik untuk menulis blog lagi dengan tema ini.. "Keberpihakan"..

Sebagai manusia yang dikaruniai akal, dan juga telah menempuh pendidikan baik itu di bangku sekolah maupun dari pengalaman di lingkungan keluarga, pastilah hidup (latar belakang) kita sangat amat berperan membentuk sebuah persepsi masing-masing pribadi kita. Persepsi pribadi itulah yang kemudian terwujud menjadi sebuah KEBERPIHAKAN. 

Tentu sebuah sunnatullah adanya perbedaan dalam setiap lembaran perjalanan hidup manusia. Pun terkait hal sederhana semisal ,menentukan apakah sebuah pernyataan adalah kebenaran ataukah kebohongan, pasti dengan berbagai sudut pandang persepsi akan didapati berbagai macam kesimpulan dan keberpihakan yang berbeda-beda.

Baru-baru ini saya menyimak pernyataan dan analisis dari seorang Akademisi Filsafat FIB UI, Bapak Rocky Gerung, yang diundang hadir dalam sebuah Sesi Indonesia Lawyer Club. Pernyataan beliau cukup lugas dan sangat jelas. Argumen yang beliau sampaikan pun juga cukup masuk akal, ilmiah karena beliau adalah seorang dosen yang telah lama di-didik untuk berpikir sistematis dan ilmiah. Mari tengok sejenak pernyataan beliau di ILC Edisi 17 Januari 2017 (Lengkapnya bisa di cek di sini https://www.youtube.com/watch?v=DSR7c85wgqE ).

"Ini rezim akhirnya berbalik menjadi rezim pengatur kebenaran.  ……. Jadi kebohongan itu ada standarnya. Akibatnya sekarang seluruh diskursus politik itu diambil alih oleh negara, diskursus publik diatur oleh negara. Jadi ada aturan, yang boleh dibicarakan adalah a,b,c,d.. bicara soal SARA ga boleh, bicara soal LGBT ga boleh, nonton Jakarta Unfair ga boleh, baca Jokowi Undercover ga boleh, jadi apa yang kita sebut sebagai public discourse hilang, ini pertanda bahwa negara ini menuju totaliter. Cuma dalam negara totaliter, pikiran, ucapan, karya itu dilarang. tentu ada bisa bilang, 'Oiya itu demi kemaslahatan bangsa, demi etika, demi moral, pemerintah berbaik hati untuk merawat opini publik' ".
Ini baru sepenggal opini beliau. Berikut analogi tentang pemerintahan otoriterianisme yang beliau sampaikan pada kesempatan itu.

Beliau menceritakan kisah mitologi Yunani, tentang seorang raja yang bijaksana, yang mengundang 1 orang rakyatnya setiap malam untuk merasakan tidur di ranjang emasnya, dan dicek ukuran badannya harus sama panjang seperti panjang badan raja, lalu Sang Raja akan memotong kaki rakyatnya jika terlalu panjang dari ranjangnya , atau menarik kaki rakyatnya jika belum sama panjang dengan ranjang sang Raja. 

"Si Raja ini, dia layani publik itu, tetapi dengan ukurannya sendiri, dan kebenaran semacam itu yang disebut sebagai gejala awal otoriterianisme."

Tentu cara pandang dan keberpihakan atau kesimpulan atas sebuah masalah oleh Pak Rocky Gerung ini sangat dipengaruhi oleh kehidupannya sebagai dosen, begitu bersemangat membahas tentang nilai ilmiah sebuah pernyataan, sekalipun itu adalah pernyataan dari seorang presiden.

Cukup untuk fenomena Kontra nya beliau dengan pernyataan dari RI 1 tentang Hoax yag beliau maksud.

=====================================================

Fenomena selanjutnya dimulai sebelum saya menemukan perihal ILC tadi. Ini dimulai saat kebiasaan saya menonton youtube, dan menengok salah satu channel favorit saya yang mengunggah tentang presidential vlog. 

Seorang youtuber, oh tidak, tepatnya beberapa youtuber diundang langsung oleh bapak RI-1 untuk mengikuti perjalanan beliau ke salah satu penjuru Indonesia. Di vlog kali itulah sang youtuber membuat video tentang pelajaran apa saja yang dia dapatkan selama mengikuti perjalanan bersama bapak RI-1. Saya agak berharap banyak terhadap youtuber satu ini, berharap dia bisa bersikap netral. Namun saya rasa begitulah media dan manusia, selalu akan menampakkan sebuah keberpihakan. 

Saya ingat pernyataan Guru saya, bahwa janganlah gerakan mahasiswa itu banyak bergantung kepada pemerintahan, karena sejatinya saat kalian menerima bantuan pemerintah, itu secara tak langsung menyatakan dukungan kalian kepada pemberi bantuan tersebut (red; Pemerintahan).

Dan saya melihat itu pada video youtuber yang saya maksud. Saya melihat betapa positif nya sisi RI-1 dalam video tersebut. Walaupun tak ada yang salah dengan konten itu, karena memang maksud si empunya adalah membahas pelajaran apa saja yang bisa diambil dari perjalanan bersama bapak RI-1 tersebut. 

Yaah, sudah mulai merasakan keberpihakan saya? wkwkwkwk..
Benar, saya pun memulai menulis bahasan ini dengan keberpihakan..

Sebagai seorang Mahasiswa akhir (yang sebenarnya, dalam hitungan hari akan segera di-wisuda. hhehe), keresahan atas keanehan-keanehan pada kebijakan pemerintah saat ini sudah berulang kali menggeliat di pikiran dan hati saya. Saya sebenarnya, sedang mencari adakah orang yang berpikir lebih ilmiah dari saya yang juga merasakan keresahan yang sama, ADAKAH ??? 

==================================================

Kenapa kemudian keresahan ini semakin terganggu dengan fenomena youtuber ini? 

Saya merasa, ada pihak yang sengaja merangkul persepsi para penggiat media kreatif ini. Entah. Saya tentunya masih berharap para penggiat media kreatif ini masih bisa netral dan membantu masyarakat membuka mata tentang realita sesuangguhnya tanpa berat sebelah (netral). Karena jujur, cara atau logika yang digunakan para penggiat media kreatif itu sangat ciamik untuk bisa mempengaruhi opini publik. 

Ini rasanya yang perlu jadi PR orang-orang yang punya IDEALISME untuk juga memperhatikan media kreatif sebagai media efektif menyadarkan masyarakat luas. 

Semoga semakin banyak orang Idealis yang masuk ke pemerintahan dan bisa terus bertahan dengan idealisme nya. Agar segala potensi kebaikan saat menjabat di pemerintahan bisa digunakan untuk mencerdaskan rakyat yang diayomi nya, bukan malah digunakan untuk memasung opini rakyatnya agar sesuai dengan taklid kebenaran versi pemerintahan berkuasa termasuk dengan menggunakan media tentunya.

Entahlah.. ini adalah sebuah keresahan atas keberpihakan pribadi yang cinta akan negara nya, agama nya, dan masa depan generasi selanjutnya. Semoga sampai dengan benar segala maksud penulis. 



*11.42 PM Semarang, 18 Januari 2017*




Catatan tentang arti kata diskursus Menurut KBBI :
dis.kur.sus
  1. n Rasionalitas
  2. n Pertukaran ide; gagasan secara verbal; bahasan
  3. n Pertukaran pemikiran secara formal dan teratur; wacana
  4. n cara mengorganisasi pengetahuan, pemikiran, atau pengalaman yang berakar dari bahasa dan konteks yang nyata

Tidak ada komentar:

Posting Komentar