Selasa, 01 Agustus 2017

Milik Siapakah 'Toleransi' itu?

Melihat film yg dibuat oleh bapak 'galon' yg telah diunggah oleh akun resmi Humas POLRI (24/7/2017) membuat muncul stigma (lagi-lagi) umat islam yg mayoritas digambarkan seolah-olah ' saklek dan begitu strict meskipun dalam hal  bersosialisasi'.

Awalnya saya tidak berminat menonton film pendek tersebut, karena sudah banyak yang berkomentar negatif tentang cara pandang pembuat film tersebut terhadap umat Islam. Pikir saya, dengan saya ikut menonton, makin tenar lah film pendek itu. Tapi karena penasaran, akhirnya saya cari juga film itu di youtube. Selesai menonton, saya mulai merenung, adakah kejadian nyata seperti itu? Ataukah itu semua hanya hasil dramatisir kekhawatiran sang pembuat film?

Ini sebenarnya bukan fenomena pertama kali diangkatnya isu terkait toleransi golongan mayoritas terhadap golongan minoritas, sebelumnya jg sudah ada yg melemparkan isu ini. Sepertinya isu ini memang sangat 'hot' untuk kembali diulang-ulang. Mungkin saja, taktik ini digunakan untuk mengubah cara pandang tentang 'toleransi' yang dianggap tidak menguntungkan untuk beberapa pihak yg 'berwenang', agar opini publik bisa perlahan-lahan bergeser sesuai dg kemauan pihak yg melempar isu tersebut.



Menurut KBBI, kata toleransi  merupakan pengertian dari sejumlah kata kerja aktif. Coba kita cek, pengertian tolerasi adalah sifat atau sikap toleran.
Dimana arti toleran dlm KBBI juga, adalah bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.

Lihat, kata toleran mengandung kata kerja, tepatnya kata kerja aktif meng-harga-i, mem-biar-kan, mem-boleh-kan.
Berarti jika itu kata kerja aktif, tak seharusnya ia hanya harus selalu disematkan pada salah satu pihak saja. Semua pihak yg tinggal bersama harus merasa wajib menerapkan sikap toleransi itu, baik mayoritas ataupun minoritas. Jika semua pihak menganggap 'toleransi' adalah sikap yang bisa secara pasif selalu ia dapatkan dari pihak diluar dirinya dan  golongannya, sampai kapanpun tak akan kita rasakan persatuan Indonesia yg sesungguhnya.

Wahai kakak-kakak dan adik-adik seiman sebangsa dan setanah air, perbanyaklah mengenal agama kita, sungguh sudah jelas nilai-nilai apa yg Allah ingin internalisasikan dlm diri seorang muslim.

Dalam islam, hubungan antar manusia diperjelas menjadi beberapa bagian.

1. Ukhuwah Islamiyah, yakni hubungan persaudaraan sesama muslim.
2. Ukhuwah Wathaniyah, yakni hubungan persaudaraan sebangsa.
3. Ukhuwah Insaniyah, yakni hubungan persaudaraan sesama manusia.

Maka adalah kewajiban kita untuk tetap menjaga keharmonisan dengan saudara sebangsa dan setanah air ini. Jadi, sebenarnya cerita toleransi oleh 'bapak galon' tersebut seharusnya bisa tetap menggunakan konotasi positif dalam penyampaian maksud toleransi nya tidak perlu disertai dengan judgement negatif kepada salah satu pihak (dalam hal ini mayoritas muslimin Indonesia).