Selasa, 01 Januari 2019

Hakikat Kebenaran yang Tulus Tersampaikan


Jaman informasi yang penuh kemudahan ini, banyak orang semakin mudah memperkaya kapasitas diri. Mudah mencari ilmu. Tak lagi berbatas jarak untuk makin  mengetahui dan memahami, segala hal di dunia ini.

Dan kebenaran adalah salah satu yang marak dicari dan didefinisi kembali.

Tapi, dua hari belakangan ini aku sedang gelisah. Gulana perihal kebenaran dan ketulusan dalam penyampaiannya.

Memang begitulah manusia, diberkahi akal untuk bersikap. Disisipkan potensi nafsu sebagai ujian hidup. Maka mereka yang telah mulai untuk banyak belajar, akan terus dipertemukan dengan kebenaran-kebenaran baru yang sebelumnya tak ia kenali. Dan mereka yang lebih dahulu memahami kebenaran tersebut akan selalu diuji dengan ego yang tak sadar mungkin terkesan menghakimi.

Berpikiran terbuka bukan berarti menghindari hakikat kebenaran, apalagi menutup diri dari perbaikan. Dan berilmu bukan berarti bebas menyampaikan, segala yang benar tanpa ketulusan.

Tak apa. Aku hanya sedang bingung. Jika dua hal yang sama-sama bermaksud baik salah paham, bukankah jalan keluarnya adalah saling berlapang atas segala masukan? Janganlah dibenturkan! Yang sedang belajar dengan yang sedang menyampaikan kebenaran tetap bisa sejalan-berdampingan.

Bukankah kebenaran hanya dari Tuhan?

Maka jika nasihat untuk mu berasal dari Tuhan, berlapanglah. Dan jika Kebenaran yang kau sampaikan dari Tuhan, maka tunjukkanlah ketulusan dan kepedulian kepada penerimanya.

Kebenaran tak pernah salah. Kita lah yang sering salah memahami hakikat dan cara penyampaiannya.

-01-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar