Minggu, 08 April 2018

Mencari Barokah bukan Pamer Izzah Saat Kajian


Kajian keislaman jika dihadiri sama ibu-ibu, bapak-bapak, nenek-nenek dan kakek-kakek itu hal yang biasa ya. Yah secara logika usia-usia beliaulah seorang manusia sudah mencapai kematangan berpikir karena pengalaman hidup. Dan pas kisaran umur tersebut lumrah anggapan terkait semakin menipisnya jatah usia, semakin dekat dengan ajal.

Nah yang luar biasa itu, lihat kajian keislaman yang dihadirinya oleh pemuda. MasyaAllah. Udah 'lurus' di usia semuda itu kan waw banget. Di saat yang muda lainnya sedang condong bersenang-senang menikmati kebebasan setelah beranjak dari fase sebagai anak-anak menuju remaja-dewasa, pemuda-pemuda tersebut memilih kegiatan yang lebih mendekatkan dirinya dengan Tuhan Sang Penciptanya.

Kejadian itu baru saja saya alami pagi tadi (8/4). Hadir di kajian Islami khusus Pemuda Bekasi dengan Ustadz Hanan Attaki sebagai narasumber. Kurang lebih panitia menginfokan ada 6.000 peserta hadir, di acara subuh berjama'ah yang dilanjut kajian setelahnya tersebut. Waw banget lihat begitu banyak pemuda yang antusias terhadap ilmu akhirat.

Dari sekian nasihat yang beliau bagikan di moment itu, ada satu yang paling berkesan. Saat beliau secara halus menegur kebiasaan jaman millenial yang jauh-jauh hadir kajian karena ingin selfie dengan pembicaranya, bukan fokus pada kebarokahan menuntut ilmunya .

Sebelumnya, beliau mencerikan tentang kisah seorang pemuda yang berguru pada seorang ulama bernama Hasan Al-Bashri (CMIIW). Diceritakan, rumah beliau berjarak sangat amat jauh dari kediaman sang ulama tersebut. Sesampainya bertemu dengan sang Ulama, pemuda ini diberikan 1 nasihat. "Batalkanlah jual beli yang merugikan 1 orang meski yang sembilan lainnya untung." Sebelum berpisah dengan sang ulama, ia meminta beliau untuk bersedia mendoakan dirinya. Hasan Al-Bashri pun mendoakan pemuda ini dan selepas itu pulanglah ia ke daerah asalnya.

Bagi para salafush sholeh, kebiasaan yang erat saat menghadiri majelis ilmu adalah meminta doa para ulama pada zamannya untuk kebaikan dirinya di masa depan. Dan mereka tidak kecewa meski telah menempuh jarak sangat jauh untuk bertemu sang Ulama, namun hanya mendapat sedikit nasihat. Beda ya dengan generasi masa kini, dikit-dikit update foto saat ikut kajian, dikit-dikit selfie dengan pembicara. Duh! Kayanya akan nyesel banget gitu kalo pergi kajian belum ada bukti foto dan update medsosnya. Padahal mestinya yang lebih berbekas di hati dan ingatan kita adalah ilmunya daripada sekedar foto dengan sang pembicara.
Astaghfirullah.

Semoga, kita tersadar dan tidak ikut arus yang mendorong diri ini lebih sibuk kepada hal yang remeh temeh, seperti banyak selfie saat kajian dan bisa lebih fokus pada hal yang esensi ketika beramal sholeh semisal mengejar barokah menuntut ilmu. Aamiin.

*baru sadar, saat ikut kajian ini terlalu terkesima bisa lihat live ustadz hanan, sampe lupa buat nyatet isi kajiannya. Jangan ditiru yaa~ sekeren apapun sang narasumber tetap biasakan mengikat ilmu dengan mencatat ya. 😆 (Sambil penasaran, nyari-nyari rekaman di youtube ceramah kemarin) *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar