Senin, 25 Agustus 2014

Semoga (mu'adz) senantiasa dirahmati Allah..

Mu'adz

Bayi laki-laki yang sangat-sangat diharapkan kehadirannya diantara 3 orang anak perempuan di keluarga Abi Pudjianto dan Umi Sri Rejeki. Adik bungsu yang sangat diharap-harap, hingga tiada malam tanpa doa yang terpanjat selain untuk kelahiran seorang adik laki-laki.Dan tibalah saat itu, 20 September 2000, lahir seorang anak laki-laki,yang kemudia diberi nama Mu’adz. Konon nama itu adalah nama salah seorang sahabat Nabi yang terkenal pandai dan banyak meriwayatkan hadist, nama itu adalah nama yang masih asing didengar oleh ketiga kakak perempuannya.
Adik yang kemudian tumbuh besar dengan lucu di masa-masa balita, namun dengan kondisi yang mengkhawattirkan karena rentan ‘step’(kejang) disaat panas tubuhnya meninggi. Ingat betul, setiap kejadian itu datang, seisi rumah akan penuh dengan kepanikan, dan pemandangan yang hadir adalah umi dan abi akan bergantian menjaganya, dengan pula bergilir jam tidur. Hingga saat sudah melewati usianya yang kelima, kebiasaan ‘kejang’ itu pun sudah tak pernah lagi mampir.
Mulai besar, lagi-lagi umi dan abi dihadapkan pada kondisi dimana adik bungsu ku ini harus dioerasi pada usia dini, karena memiliki sakit ‘hernia’. Perasaan takut pada seorang anak kecil yang hadir disaat dihadapkan dengan dokter,juga menghampiri si bungsu. Namun cara yang umi tempuh agaknya memang menjadi awal kemanjaan dari si bungsu satu ini. Mulai dari kejadian inilah, umi mulai menuruti dan mengiming-imingi si bungsu ini dengan berbagai barang yang ia inginkan,agar ia mau untuk di operasi. Operasi ini terjadi hingga sekitar 5 kali.
Mu’adz kecil, bukanlah anak yang mudah bersosialisasi. Pandangannya terhadap sebuah tempat bernama ‘SEKOLAH’ sangatlah sinis, ia tak pernah sekalipun merasa nyaman berada di tempat bernama ‘sekolah’ ini. Bermula dari Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar hingga sekarang Sekolah Menengah Pertama. Ia terlihat sangat sulit mendapatkan teman, walaupun saat SD akhirnya ia mendapati beberapa anak laki-laki lain sebagai temannya. Namun kini, saat memasuki SMP, syndrom itu hadir lagi. Sulitnya mendapatkan teman, ketidakakuran nya dengan beberapa guru semakin menjadi. Hingga beberapakali terlontar permintaan untuk pindah sekolah. Namun,umi yang begitu sabar meyakinkan dan menahan Mu’adz untuk tetap bersekolah di sana.
Si bungsu yang tempramen. Entahlah, mengapa akhir tahun ini aku dapati dia menjadi lebih sensitif dan mudah marah. Mungkinkah faktor teman-teman pilihannya? Mungkinkah faktor kekecewaan nya di sekolah? Atau mungkinkah faktor rasa manjanya yang terkembang hingga menjadi keras dan pemaksa seperti ini?
Sampai pada kondisi dia yang sudah mempunyai alat komunikasi pribadi, hingga yang kini juga sudah mempunyai agenda pribadi (pacaran,-red). Antara bingung dan kaget, beginikah dulu aku juga melewati masa-masa puberku di SMP? Umi bilang, begitulah usia SMP, aku dan rumaisha pun banyak membantah omongan umi-abi sewaktu di masa SMP. Agak malu juga,sebenarnya. Karena rasa penasaran ini, aku pun beberapakali mencari perbandingan dengan anak laki-laki lain, adik teman-temanku. Dan yang aku dapati, itu memang fase puber mereka, mencari jati diri, mencari kenyamanan menurut persepsi sendiri, ingin menjadi terlihat lebih menarik perhatian dihadapan lawan jenis nya. Dan hingga saat ia memasuki SMA, perlahan kesadaran itu akan hadir. Kesadaran tentang bagaimana bersikap yang benar dan yang seharusnya.


Aku selalu berharap dan berdoa untuk kalian,adik-adikku..

Agar Allah berkenan menjadikan kalian anak-anak yang termasuk penyejuk pandangan dan penyejuk hati kedua orang tua kita, menjadi anak-anak yang selalu dilingkupi dengan teman-teman yang sholih, tempat belajar yang islami, dan menjadi anak-anak yang berprestasi dalam kebaikan..
Aamiin.

Termasuk Mu’adz, kakak sangat berharap segeralah Allah perkenankan engkau berjumpa dengan teman-temanmu yang sholeh, dan segeralah Allah jadikan dirimu sebagai anak laki-laki yang paling dibanggakan di keluarga ini :”)

Salam cinta dari kakak sulung mu, yang masih terus belajar bagaimana memahami mu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar