Sabtu, 30 Agustus 2014

Dia datangkan angin segar itu.. :D

Hari ini, akhirnya setelah sekian lama agenda ini tertunda.. Kami pun melangsungkan apa yang belum sempat kami mulai serentak. Silaturahim kepada orang-orang pendahulu kami di dunia 'persilatan' ini. (hhe,maaf jika berlebihan)

Hari ini, Sabtu (30/8) kami mulai perjalanan silaturahim ini ke Tempat Ummahat di sekitar kampus semarang tercinta. Hingga tibalah di tujuan silaturahim terakhir, dimana beliau bukanlah Ummahat yang biasa memantau kami. Beliau adalah Ummahat yang aktif dan fokus di dunia sosial masyarakat.

Diawali dari pembicaraan lucu, kami disambut dengan baik, namun ternyata sang ibu lupa dengan kami (hhe, ini lucu, padahal kami sudah sampai merepotkan beliau sampai-sampai harus bermalam di rumah keluarga tersebut). Ini kemungkinan yang wajar terjadi, sebab pastinya begitu banyak muslimah seperti kami yang berkunjung ke beliau, namun beliau mengakui ingat wajah namun tidak ingat dengan nama kami. (tak apa, karena tak ingat nama kami pun, pesan-pesan kehidupan dari beliau tetap mengalir begitu halus dan mengena)

Kemudian silaturahim itu diawali dengan cerita tentang anak nya yang diterima di Politeknik Negeri Media Kreatif Nasional. Rasanya terdengar biasa kan?! TERNYATA TIDAK SESEDERHANA ITU!

Beliau pun mulai menceritakan betapa setelah PEMILU -beliau yang sudah habis-habisan dalam memaksimalkan kerja da'wah ilallaah itu- mulai berpikir tentang kondisi keuangan untuk persiapan menuju tahap kuliah anak nya yang pertama. Anak beliau ini merupakan murid dari sebuah SMK. Dimana kita semua ketahui bahwa, saat murid SMK ingin melanjutkan kuliah akan sangat terasa berat karena harus bersaing dengan murid-murid SMA yang ikut bimbel. Dengan kondisi keuangan yang sedemikian rupa, sang ibu memahamkan anak nya agar tak usah mengikuti bimbel, cukup belajar dengan seorang mahasiswa fisika (asal bekasi, yang sekarang sudah lulus) yang merupakan kenalan dari sang bapak. Kebetulan sekolah sang anak saat itu, agaknya kurang aktif dan semua terpusat dengan keaktivan murid mencari info. tibalah suatu hari, dia menemukan info tentang jalur PMDK dari sebuah politeknik Media di bilangan Jakarta. Wal hasil sang anak langsung menginfokan ibunya, dan info itu pun berakhir ke tangan guru di sekolahnya. Yah kok -dilalah- ranking 1 di sekolahnya itu tidak mau mendaftar di Politeknik Media tersebut (perlu diketahui, sang anak merupakan peringkat kedua se-SMK nya). Otomatis sang guru langsung mengurusi persyaratan PMDK untuk anak itu. Dan beberapa hari setelahnya, ada kabar bahwa sang anak diterima. Bersyukur tentunya?! Yap, Sangat bersyukur, kenapa? Karena ternyata dari seluruh pendaftar PMDK di Semarang, hanya dia seorang yang diterima dari jalur PMDK itu. (WOW, keren yak)
Sang anak baru saja diantar keluarga ini rabu kemarin (27/8) ke Kampus nya di Jakarta, dia sekarang mengambil jurusan Animasi, seperti yang diidamkan nya sedari dulu. :)

Saat menceritakan hal itu, sang ibu berkata pada anaknya. kurang lebih begini kalimatnya.
"Ingat, ini semua adalah pertolongan dari Allah. Bukan karena nilai mu, akhirnya kamu diterima. Kalau diingat-ingat, beruntung nya kamu itu karena ternyata ranking satu di sekolah mu ndak mau daftar di sana.Ini semua semata-mata karena Allah menolong kita yang berjuang dan berdakwah di jalan ini. Semua semata-mata karena Nashrullah (pertolongan Allah)". sambil diiringi senyum terkembang dari sang ibu. :)

Itu baru pesan pertama, ini adalah pesan beliau selanjutnya..

Dilanjutkan dengan sebuah cerita awal mula berdirinya PAUD (dimana, sang ibu ini adalah kepala sekolahnya). Dan tahukah bahwa ternyata ide membuat PAUD -yang kini sudah mempunyai sekitar 70 orang siswa TK- ini berasal dari ide sebuah kelompok halaqoh. WOW!
Hebatnya lagi, beliau ini bukanlah berasal dari seorang sarjana berlatar belakang pendidikan. Dan ternyata tujuan awal kenapa beliau ingin mendirikan PAUD adalah agar sang Ibu dan kelompok halaqohnya bisa lebih terasa manfaat nya bagi lingkungan sekitar, dan bisa lebih akrab dengan masyarakat disana. Dan subhanallah sekali, ternyata PAUD ini berkembang dengan pesat, sang ibu pun malahan dapat bantuan dari tetangga yang tak sungkan-sungkan dalam membantu keperluan PAUD itu, seperti pada saat masih tahapan membangun gedung sekolah PAUD yang permanen sang tetangga itu tak-tanggung-tanggung memberikan gratis 20 zak semen untuk pembangungan tersebut. Bahkan, saat masih menunggak bayar uang kontrak rumah untuk PAUD sebelum ini, sang tetangga baik itu tanpa ragu memberikan uang untuk melunasi uang kontrak tadi. 
Allah, pertolongan Mu begitu dekat. Niat baik itu, selalu ada rezeki dan jalan bahagia tak terduga dibaliknya. :)

setelah cerita ini beliau mengatakan, bahwa kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan yang telah Allah berikan. Kita bisa menjadi orang-orang yang beruntung dikarenakan kita yang menjemput kebaikan-kebaikan dan kesempatan-kesempatan itu. Termasuk saat mengambil hikmah dari setiap kejadian di kehidupan kita. Simpan lah baik-baik kesempatan mengetahui hikmah itu, percayalah bahwa tak akan ada yang sia-sia dari apa yang telah kau ketahui selama hidupmu. Secara logika -bagi kita yang masih berusia 22 tahun- perjalanan kehidupan kita masihlah panjang, maka inspirasi-inspirasi itu simpanlah dengan rapi dan baik. Hingga tanpa terasa, perlahan tapi pasti, kau mulai mengaplikasikannya. :)
*cerita tentang ibu kos yang punya catering, dan beliau beserta anak-anak kos sering ikut mengantar pesanan catering. Cerita tentang beliau yang sekos dengan anak-anak gizi, hingga tanpa sadar beliau sekaligus diajari tentang komposisi gizi yang baik dan benar saat membuat makanan. Cerita tentang dulu di halaqoh beliau saat muda, pernah dilibatkan dalam mengurus TPQ dan TK di lingkungan beliau mengaji. Cerita tentang bertemu dengan mertua yang pandai memasak.*

Beliau juga menekankan pada kami, bahwa beginilah da'wah di masyarakat. perbedaan tingkat bangku sekolah yang telah diecap pun amat mempengaruhi cara berpikir seseorang dalam bersikap dan dalam menjalani kehidupan. Jangan pernah merasa ilmu yang kita pelajari di Kampus akan sia-sia begitu saja. Justru saat masih kuliah seperti ini, harusnya sebagai mahasiswa sudah mulai terpikirkan, bagaimana aplikasi ilmu kita bagi masyarakat. Tidak sempit hanya berorientasi pada kerja setelah kuliah, sehingga belajar pun seolah hanya menggugurkan kewajiban. 

Beliau, membuka wacana ku tentang kebermanfaatan mahasiswa yang 'katanya' sholihin/at ini, agar lebih terasa kebermanfaatannya di lingkungan terdekatnya. Dan ternyata, begitulah dakwah masyarakat, yang nantinya akan -benar-benar- kita temui berbagai macam respon atas dakwah kita.

Ya Allah, Aku memohon Kuasa-Mu agar hati ini tetap istiqomah bersama dakwah ilallaah ini :")

*Semoga berkesempatan lagi silaturahim ke keluarga ini lagi*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar