Sabtu, 15 Agustus 2009

Aku yang Penuh KHILAF

Aku tahu sekarang harusnya aku mulai kebih giat untuk belajar, tapi mengapa ya aku merasa ada yang salah dalam diriku sehingga aku begitu malas untuk mengerjakan itu semua.

Aku tahu tak seharusnya aku yang seorang siswi kelas XII SMA ini mengikuti kemalasan itu, tapi kadang kemalasan itu begitu kuat sampai-sampai keinginan untuk melawan itu semua tak lebih besar dari rasa malas itu sendiri

Coba aku mulai renungi. Apa yang ku inginkan setelah SMA ini? Ya, ada keinginan yang cukup kuat untuk bisa menjadi seorang mahasiswi UGM di jurusan Kedokteran. Umi selalu bilang, jika aku ingin menjadi apa yang aku inginkan, aku harus memaksa diriku untuk bisa melawan segala sesuatu yang akan menghambat keinginanku. Coba ingat lagi, sedari masa SD dulu aku selalu menjawab bahwa cita-citaku adalah menjadi seorang DOKTER KANDUNGAN. Aku tak ingin menghapuskan impian ku itu dengan begitu mudahnya tanpa ada usaha maksimal dari diriku. Aku ingin membuat Umi juga Abi menjadi bangga akan keberhasilanku .
Aku harus terus memotivasi diriku untuk mulai membenahi cara hidupku, cara berpikirku, cara pandangku, dan rutinitas ibadahku.

Ingat lagi, kini ibadahku mulai menurun. Membaca al-qur’an pun aku mulai melupakannya setelah sholat maghrib usai kujalani. Memang rasanya seperti ada yang kosong dalam hati ini. Ada yang hilang. Ada yang mengganjal hati ini saat hari demi hari aku lewati. Aku merasa seperti orang munafik yang hanya baik jika dipandang orang, yang hanya baik jika bersama orang lain. Apa sih? Yang sebenarnya membuat kebiasaanku ini mulai terlupakan? Padahal aku hanya harus meluangkan waktuku selama 10 menit untuk membaca 3 lembar kitab suci itu. Aku juga merasa sholat yang kukerjakan ini, tak memberikan dampak baik bagi sikapku, aku sedang mulai membenahi sholat khusuk ku, agar aku dapat merasakan kehadiranNYA disetiap sholatku. Aku juga sering menunda-nunda sholat wajib, padahal aku bisa melakukannya tepat seusai adzan berkumandang. Tapi aku terlalu sering dikalahkan oleh belenggu Syaitan itu, hingga sering sekali aku terlambat dan lalai dalam mengerjakan sholatku. Padahal mentoringku tetap berjalan, ngaji di rumah tetap aku lakukan, tapi kadang yang aku dapatkan hanya ampuh saat aku masih dekat dengan keadaan itu, setelah jauh biasanya aku lupa lagi apa yang telah aku dengar dan faham sebelumnya.

Aku malu sebetulnya, terhadap kemunafikan diriku. Aku sering diamanahi dengan amanah yang tak semua orang ditunjuk untuk mengemban amanah itu. Tapi aku merasa tak pantas, malahan kadang aku yang payah ini lebih sering manasehati orang lain ketimbang mereview kekurangan diri ini.

Harusnya amanah-amanah itu dapat menjadi sarana tarbiyah untuk ruhiyah diri.

Tapi aku masih belum maksimal dalam menjalankannya, sehingga itu semua belum berdampak bagiku. Banyak teman-temanku yang membuat aku iri. Iri karena mereka lebih sholehah dari pada aku, iri karena iman mereka lebih baik dari pada aku, iri karena Qiyamul lail mereka lebih banyak dari pada aku, iri karena ilmu mereka lebih bermanfaat daripada ilmuku. Iri karena mereka lebih khusyuk sholatnya dari pada aku.

Terakhir, Ya ALLAH yang Maha pengasih lagi Maha penyayang itulah sederet pengakuanku atas semua kekhilafan diri yang sedikit-sedikit mulai kusadari.

Semoga ini bukan lah akhir dari sebuah pertaubatan. Aku mengharapkan bimbinganMu ya ALLAH agar taubat ku ini menjadi Taubat Nasuha, taubat yang maksiatnya tak pernah lagi kukerjakan dengan sengaja. Ampunilah dosa hambaMu yang lemah ini. Ampuni hambaMu yang penuh hutang, salah dan kealpaan ini ya ALLAH.

Semoga iman ini selalu kuperbaharui ditiap harinya, agar kerinduan akan Engkau akan selalu ada ditiap hari yang aku lewati. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar