Kamis, 04 Februari 2016

Kau kan asal dari Pantulan bayangan itu



Bercermin adalah kegiatan tak terpisahkan dari hidup manusia saat ini, kegiatan ini sangat membantu manusia untuk sejenak bahkan ada yang sekilas saja, menilai kenampakan dirinya. Bagaimana penampilannya hari ini, bagaimana wajah nya hari ini, bagaimana senyumnya hari ini dan lain-lain.

Seperti bercermin, sebagai bagian dari da’wah yang berjama’ah ini, membina juga merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam hidup seorang da’i. Membina lebih dari satu orang untuk diarahkan menjadi pribadi yang senantiasa dan semakin taat kepada Allah.

Sebagai bagian yang tak terpisahkan, sudah beberapa pengalaman yang telah dilalui. Ada mereka yang begitu bersemangat untuk diarahkan, ada mereka yang sulit unutk diarahkan, pun ada juga yang tak tertarik bahkan cepat bosan saat diarahkan dan dibina.

Bukan, membina tak selalu tentang objek nya, yakni binaan kita masing-masing. Tetapi membina juga tentang sang subjek, yakni kita sebagai murobbi. Bukankah mereka (red;binaan kita), adalah hasil pantulan bayangan kita? Bukankah kita yang juga sesungguhnya sedang Allah bina melalui binaan-binaan yang dititipkan pada kita?

Penulis termasuk yang sangat dengan kuat, meyakini bahwa Allah selalu menitipkan binaan halaqoh kepada kita sesuai dengan kekurangan kita. Banyak mereka yang binaannya lebih baik hafalannya dibanding sang murobbi, banyak juga yang binaannya lebih telat dari sang murobbi nya, ada juga yang binaannya terlampau sering galau tentang jodoh melebihi galaunya sang murobbi yang justru 3 bahkan 4 tahun lebih tua usianya dibanding binaannya. Banyak! Banyak kisah seperti itu. Dan itu semua bukan kebetulan. Allah punya maksud atas itu semua.

Mungkin juga ada murobbi yang tiba-tiba terlihat lebih anggun dan lebih serius dibanding biasanya saat berjumpa dengan binaannya, dimana dia sedang berusaha nampak baik dihadapan mereka yang dibinanya. Bukan nya Allah justru melihat kita disaat kita sedang bersama atau tak sedang bersama binaan kita? Baiknya kita bukan hanya saat ada orang banyak, hai murobbi! Allah menyaksikan segala perbuatan dan lintasan hati mu.

Sebagai murobbi, pihak yang diteladani, bukankah kita seharusnya menjadikan titipan Allah (red;binaan kita) sebagai alarm diri kita pribadi? Ya, karena sesungguhnya kitalah asal pantulan bayangan yang nampak pada binaan-binaan kita.

*reminder as murobbi*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar