Selasa, 27 Agustus 2013

Sudah Merasa Cukupkah dalam Beramal?

berusaha untuk selalu menyempurnakan IKHTIAR



Ramadhan sudah berlalu, sudah merasa cukupkah beramal?
Ramadhan, memang telah berganti Syawal. Bulan tarbiyah,bulan dimana setiap muslim beromba-lomba meningkatkan amal dan ibadahnya di hadapan Allah, itu telah berlalu. Namun apakah saat Ramadhan itu berlalu, kemudian berlalu juga semangat membara untuk senantiasa mentarbiyah diri dengan amalan-amalan terbaik itu? Semoga tidak!

Saat target-target Ramadhan telah tercapai, puaskah kita beramal? Teringat sebuah hadist tentang kaidah dalam beramal, “Dan sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah adalah yang terus menerus meskipun sedikit. (Muttafaq 'alaih)”. Maka bagaimana kabar setiap diri yang telah merasa cukup dengan tercapainya target Ramadhan tanpa ia kembali merefleksikan semangat kala itu pada sebelas bulan setelahnya, sesungguhnya merugilah bagi mereka yang telah merasa cukup dengan amalannya.

Ada dua poin yang dapat dipetik dari hadits tersebut: Pertama, kita sebagai Hamba yg ingin dicintai Allah haruslah selalu berusaha untuk mengkontinukan amalan kita. Kedua, Sesungguhnya setiap pribadi dianjurkan untuk beramal sesuai dengan kemampuannya, walaupun dimulai dari hal yang kecil atau sedikit.

Merasa cukup dalam beramal, baik kualitas maupun kuantitasnya, sering tidak disadari oleh orang banyak, bahwa itulah awal dari luruhnya setiap baris catatan baik yang kita miliki. Perasaan tersebut akan memicu berhentinya penambahan jumlah atau frekwensi amal shalih, misalnya merasa cukup dengan amalan tilawah pada hari jumat saja, tanpa mau menambah tilawahnya di hari-hari lain. Betapa sangat disayangkan timba yang digunakan untuk mengambil air dilobangi sendiri, pundi-pundi amal yang telah dikumpulkan bertahun-tahun, jatuh luruh tak berbekas, karena memelihara sifat ujub.

‘Ujub adalah perasaan kagum terhadap diri sendiri, kagum dengan apa yang sudah dimiliki, heran terhadap amalan yang sudah dilakukan, bahkan terkadang samapai memuji-muji terhadap diri sendiri atas apa yang sudah dikerjakan. Astaghfirullahhal ’adziim. Semoga Allah menjauhkan kita dari sifat tersebut. Maka bagi setiap diri perlu lah untuk senantiasa meperbaharui niat dan semangat dalam beramal dan beribadah dalam berbagai macam kondisi.

Dalam memelihara semangat untuk terus beramal pun tetap ada hal lain yang juga perlu diperhatikan, dimana saat kita berusaha selalu menyempurnakan amalan kita dihadapanNya hendaklah tidak terlalu berlebihan agar tidak dihinggapi perasaan bosan dan mendapati ketidakistiqomahannya amal, maka mengapa Rasulullah pun menyuruh puasa sunnah Daud,dimana sehari berpuasa dan sehari berbuka, tidak menyuruh dan memberatkan ummatnya untuk berpuasa setiap hari tanpa berbuka. Ada sebuah hadist Shahih Imam Bukhari ke-20 yang berbunyi,

Dari Aisyah r.a. bahwa ia berkata, apabila Rasulullah SAW menyuruh para sahabatnya, maka beliau menyuruhnya untuk mengerjakan amalan-amalan yang sanggup mereka kerjakan. Akan tetapi kemudian mereka berkata, "Ya Rasulullah, kami ini tidak sepertimu. Allah telah mengampuni dosamu yang telah lalu dan yang akan datang." Maka, mendengar ucapan mereka itu, Rasulullah SAW marah hingga terlihat tanda kemarahan di wajahnya. Beliau bersabda, "Sesungguhnya yang paling bertaqwa dan yang mengetahui tentang Allah diantara kamu sekalian adalah aku.” “

Dalam hadist ini dapat dilihat bahwa para sahabat sangat bersemangat dalam meminta Rasulullah agar diajarkan amalan-amalan yang lebih banyak dan berat agar derajat mereka semakin tinggi di hadapan Allah. Namun Rasulullah marah, karena perintah beliau tersebut sebenarnya merupakan wujud  kekhawatiran beliau jikalau nantinya para sahabat nya tidak istiqomah dalam beramal karena terlalu beratnya amal yang mereka harus kerjakan. Rasul pun menyuruh sahabatnya dan kita, ummatnya, untuk beramal sunnah yang sanggup kita kerjakan agar tidak memberatkan diri sendiri dan bisa istiqomah menjalankannya. Seperti hadist di awal tadi, bahwa Allah menyuai amalan yang Istiqomah/ berkelanjutan walaupun amalan itu sedikit.

Rasulullah pun tetap khusyuk beribadah siang-malam walaupun Allah telah menjaminkan Surga atas beliau, sebagai wujud Syukur atas kasih sayang yang telah Allah berikan kepadanya.

Bagi setiap individu yang telah berhasil melalui Ramadhan tahun ini dengan amalan yang lebih baik dari tahun sebelumnya, maka ia masih perlu untuk  sekali lagi membuktikan kepada Allah dan dirinya, bahwa ia pun bisa mengistiqomahkan amalan-amalan baiknya di sebelas bulan setelah Ramadhannya tanpa terlalu memberatkan kesanggupan dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar