Bercermin adalah kegiatan tak
terpisahkan dari hidup manusia saat ini, kegiatan ini sangat membantu manusia
untuk sejenak bahkan ada yang sekilas saja, menilai kenampakan dirinya. Bagaimana
penampilannya hari ini, bagaimana wajah nya hari ini, bagaimana senyumnya hari
ini dan lain-lain.
Seperti bercermin, sebagai bagian
dari da’wah yang berjama’ah ini, membina juga merupakan bagian yang tak
terpisahkan dalam hidup seorang da’i. Membina lebih dari satu orang untuk
diarahkan menjadi pribadi yang senantiasa dan semakin taat kepada Allah.
Sebagai bagian yang tak
terpisahkan, sudah beberapa pengalaman yang telah dilalui. Ada mereka yang
begitu bersemangat untuk diarahkan, ada mereka yang sulit unutk diarahkan, pun
ada juga yang tak tertarik bahkan cepat bosan saat diarahkan dan dibina.
Bukan, membina tak selalu tentang
objek nya, yakni binaan kita masing-masing. Tetapi membina juga tentang sang
subjek, yakni kita sebagai murobbi. Bukankah mereka (red;binaan kita), adalah
hasil pantulan bayangan kita? Bukankah kita yang juga sesungguhnya sedang Allah
bina melalui binaan-binaan yang dititipkan pada kita?
Penulis termasuk yang sangat
dengan kuat, meyakini bahwa Allah selalu menitipkan binaan halaqoh kepada kita
sesuai dengan kekurangan kita. Banyak mereka yang binaannya lebih baik
hafalannya dibanding sang murobbi, banyak juga yang binaannya lebih telat dari
sang murobbi nya, ada juga yang binaannya terlampau sering galau tentang jodoh
melebihi galaunya sang murobbi yang justru 3 bahkan 4 tahun lebih tua usianya dibanding
binaannya. Banyak! Banyak kisah seperti itu. Dan itu semua bukan kebetulan.
Allah punya maksud atas itu semua.
Mungkin juga ada murobbi yang
tiba-tiba terlihat lebih anggun dan lebih serius dibanding biasanya saat
berjumpa dengan binaannya, dimana dia sedang berusaha nampak baik dihadapan
mereka yang dibinanya. Bukan nya Allah justru melihat kita disaat kita sedang
bersama atau tak sedang bersama binaan kita? Baiknya kita bukan hanya saat ada
orang banyak, hai murobbi! Allah menyaksikan segala perbuatan dan lintasan hati
mu.
Sebagai murobbi, pihak yang
diteladani, bukankah kita seharusnya menjadikan titipan Allah (red;binaan kita)
sebagai alarm diri kita pribadi? Ya, karena sesungguhnya kitalah asal pantulan
bayangan yang nampak pada binaan-binaan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar