Pernahkah kau tak salah,namun terasa sekitarmu mengacungkang
telunjukknya memojokkan dirimu?
Pernahkah kau benar, tapi dunia acuh serasa tak pernah mau
mendengarkan?
Pernahkah kau benci,tapi hanya bisa kau pendam dalamhati?
Karena dia yang ingin kau caci, berbuat zolim padamu karena ia sungguh
tak memahami..
Tak memahami betapa nasihat yang kau beri, bukanlah untuk dirimu
sendiri, melainkan untuk dirinya yang hampir tersesat karena kealpaan diri
Pernahkah kau sudah bersabar, tapi bertubi-tubi masih saja kau dicaci?
Rasa gondok menghampiri,menari-nari dalam sanubari, seakan ingin
meloncat menerobos batas sabar hati.
Ingin berteriak, bahwa aku juga punya HATII!
Pernahkah kau mendoakan seseorang yang kau benci, agar Sang Rabbul
Izzati melembutkan hati dia yang sedang membuat hati kita ini terdzolimi, namun
yang kau dapati justru ia semakin benci dan tak mau berusaha memahami?
Apa yang harus dilakukan hati agar batas kesabaran itu sama dengan tak
hingga?
Hingga ia (kesabaran) tak mampu didefinisikan oleh amarah yang memupuk
bagian terdalam jiwa,walaupun ia bertubi-tubi berusaha mengeja ujung batas
kesabaran nurani..
Kata-kata itu..
Innalaha Ma’ana..Sesungguhnya Allah bersama kita..
Maka semoga gundah berubah menjadi asa
Maka semoga benci berubah jadi rasa peduli
Maka semoga hati dapat terus menerus memahami
Tugas sebagai HambaNya adalah terus-menerus memperbaiki diri..
Manusia tak ada yang sudah sempurna..