Lama tak menyapa lembaran blog ini, sore itu tiba-tiba aku merasa tersentak dengan sebuah nasehat. Nasehat sederhana yang, lagi, telah berhasil membuat aku dan hati ku mendengarkan dengan seksama. Ini cerita tentang keberkahan, cerita tentang Logika Langit. Bagaimana kata dan kesertaan ruh mendefinisikan makna 'keberkahan'.
Sentuhan Keberkahan
Daya cipta material
adalah kekuatan. Pengorbanan adalah kekuatan. Tapi apa yang dilakukan
seorang pahlawan Mukmin jika harta dan sarana yang diciptakannya, dan
ingin dikorbankannya di jalan cita-citanya, ternyata tidak sampai
memenuhi total kebutuhannya?
Itu adalah sisi kepahlawanan yang lain.
Apa yang teruji dalam situasi itu adalah seberapa percaya ia kepada
dirinya sendiri, kepada cita-citanya, kepada Allah, di tengah semua
keterbatasan itu, seberapa ‘nekat’ ia melawan tekanan keterbatasan itu,
seberapa cerdas ia mensiasati keterbatasan itu, seberapa efisien ia
dalam keseluruhan hidupnya.
Melahirkan sebuah karya kepahlawanan di
tengah keterbatasan itu adalah kepahlawanan yang lain. Tapi ini memaksa
kita mencari penafsiran yang lebih utuh tentang semua faktor yang
mempengerahui proses penciptaan karya kepahlawanan tersebut.
Pertanyaannya adalah jika kecukupan sarana dan harta terhadap kebutuhan
penciptaan karya kepahlawanan tidak seimbang, maka faktor apakah yang
menjelaskan lahirnya karya tersebut?
Berkah. Itulah rahasianya! Semua arti
berkah bertemu pada makna pertumbuhan dan pertambahan. Berkah terjadi
pada waktu, ilmu, dan harta. Intinya: produktivitas yang tercipta dari
waktu, ilmu, dan harta melampaui nilai nominalnya. Berkah terjadi pada
sesuatu yang sedikit namun menghasilkan banyak.
Inilah yang terjadi pada Thalut ketika
melawan Jalut. Ini yang terjadi pada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa
Sallam di hampir semua pertempurannya. Ini yang terjadi pada Umar bin
Khattab saat meruntuhkan Persia dan merebut banyak wilayah Romawi.
Inilah yang terjadi ketika Shalahuddin merebut kembali Palestina dari
pasukan salib. Inilah yang terjadi pada Muzaffar Quthuz ketika
merontokkan serangan pasukan Tartar dalam pertempuran Ainun Jalut.
Tapi darimanakah datangnya berkah?
Berkah adalah karunia Ilahiyah-yang biasanya diberikan pada puncak
spiritualitas seorang pahlawan Mukmin; pada puncak keikhlasannya,
kejujurannya, keberaniannya, twakkalnya, kesungguhannya; pada puncak di
mana ia melakukan segalanya secara habis-habisan.
Sebab kita, kata Umar dalam sebuah
suratnya kepada Amru bin Ash di Mesir, tidak akan pernah sanggup
mengalahkan orang-orang kafir dengan kecukupan sarana dan banyaknya
jumlah tentara kita. Kita hanya dapat mengalahkan mereka karena kita
beriman dan mereka kafir, karena kita bertakwa sementara mereka
bermaksiat.
==========================================================================
Dan itulah, rahasia yang mungkin agak terlupa, dikarenakan terus-menerusnya amal terfokus pada kekokohan fisik dan usaha semata. KEBERKAHAN.. :)
Semoga semakin berkah aktivitas kita.aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar